Abstrak
Karet
merupakan hasil perkebunan utama yang menjadi tumpuan hidup masyarakat
Kalimantan Barat. Kehadiran perkebunan karet di propinsi ini sebagian besar
merupakan milik rakyat. Kegagalan panen dan krisis ekonomi menyebabkan turunnya
harga karet sehingga petani karet rakyat mengalami kerugian yang tidak sedikit.
Atas
dasar perhitungan akan kerugian tersebut, maka penanaman kembali lahan karet
oleh tanaman pangan dapat dijadikan sebagai solusi dalam menghadapi
permasalahan yang dialami oleh petani. Tanaman pangan yang berumur pendek dan
memiliki nilai jual tinggi dapat
dijadikan strategi untuk meminimalisir kerugian yang dialami oleh petani karet
rakyat di Kalimantan Barat.
Latar belakang
Kalimantan
Barat merupakan propinsi yang memiliki potensi besar dalam penyumbangan hasil
perkebunan karet. Perkebunan karet di Kalimantan
sendiri telah berkembang sejak lama, namun perkembangan hasil perkebunan karet
ini tidak disertai dengan peningkatan kualitas dan perhatian khusus dari
pemerintah. Pemerintah hanya
menitikberatkan perhatian mereka kepada perkebunan besar yang dikelola oleh
swasta, namun tanpa disadari bahwa perkebunan karet di Kalimantan Barat sebenarnya dilakukan oleh sebagian besar
petani agraris dengan pengelolaan yang bersifat tradisional serta kemampuan
manajerial lahan yang relatif rendah. Kondisi seperti ini menyebabkan turunnya
komoditas perkabunan karet di Kalimantan Barat yang terjadi akhir-akhir ini.
Kegagalan panen sebagai akibat dari produktivitas tanah yang menurun serta
krisis keuangan global juga menjadi kendala yang tidak dapat dielakkan.
Pembahasan
Seperti
yang kita ketahui, bahwa sektor perkebunan karet merupakan komoditas utama para petani di Kalimantan Barat
khususnya di daerah pedesaan. Perkebunan
itu sendiri tentunya sangatlah penting bagi peningkatan kondisi ekonomi dan sosial petani. Petani umumnya menggantungkan
hidup mereka pada hasil perkebunan karet tersebut. Kondisi alam yang mendukung
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perkebunan memiliki prospek yang
cerah di propinsi ini. Sejarah perkebunan itu sendiri telah berkembang sejak
abad ke-19 ketika perkebunan menjadi sektor perekonomian utama di Indonesia .
Kehadiran perkebunan karet yang berkembang pesat memiliki pengaruh yang besar
terhadap perekonomian Indonesia
dan khususnya Kalimantan Barat.
Sayangnya,
perkebunan karet ini ternyata merupakan perkebunan rakyat dimana sebagian besar
hanya mengandalkan kemampuan petani yang
berbasis agraris dan serba kekurangan dengan tingkat kesejahteraan yang rendah.
Kondisi seperti inilah yang menyebabkan turunnya produktivitas perkebunan karet
yang selama ini selalu dibanggakan oleh Kalimantan Barat. Kebakaran lahan perkebunan dan produktivitas
tanah yang semakin berkurang merupakan salah satu penyebab menurunnya produksi
karet. Selain itu, krisis ekonomi juga menjadi penyebab berkurangnya ekspor
yang berdampak pada lambannya pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Barat. Kurangnya
perhatian dan perawatan perkebunan itu sendiri tentunya membawa dampak yang
tidak bisa dianggap ringan. Gagalnya penen akibat kondisi lahan yang memang
sudah selayaknya diadakan revitalisasi tentu saja menimbulkan kerugian yang
besar sehingga perekonomian para petani agraris pun mengalami krisis.
Penanaman
kembali pohon-pohon karet membutuhkan waktu yang tidak singkat, sehingga untuk
membangun kembali usaha perkebunan tersebut menjadi persoalan baru bagi para
petani karet agraris itu sendiri maupun pemerintah. Penanaman kembali
pohon-pohon karet oleh petani yang dilakukan secara swadaya relatif berjalan secara lambat dengan tingkat
keberhasilan yang rendah. Hal tersebut dikarenakan terdapat berbagai kendala dalam pelaksanaan,
diantaranya adalah kurangnya sumber daya
manusia yang handal serta terbatasnya dana yang dimiliki oleh petani agraris
tersebut.
Untuk
menanggulangi dampak dari kerugian tersebut, sudah selayaknya petani dan
pemerintah mencari solusi yang tepat sehingga kerugian dapat diminimalisir. Diversifikasi
usaha pangan dapat dijadikan sebagai salah satu strategi dalam pemecahan
masalah kerugian tersebut. Lahan-lahan kosong yang gagal panen dapat digunakan
sebagai sarana pengembangan tanaman-tanaman baru yang berumur pendek, sehingga
dalam jangka waktu yang singkat kerugian akibat kegagalan panen dapat
ditutupi.
Tanaman
pangan seperti padi dan jagung merupakan jenis tanaman yang berumur pendek
dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Para
petani agraris dapat menggunakan lahan perkebunannya tanpa harus membuka lahan
baru. Selain itu tanaman padi dan jagung juga memiliki nilai jual yang cukup
tinggi tanpa menimbulkan emisi. Selain kedua jenis tanaman tersebut, para
petani juga dapat menanami lahannya dengan tanaman jeruk dan lidah buaya yang
mana tanaman-tanaman tersebut dapat pula dijadikan komoditi ekspor yang
menjanjikan.
Adanya
sistem penggantian ini sebenarnya bukanlah bermaksud untuk mengganti sistem
perkebunan dengan sistem pertanian. Akan tetapi penggantian ini bermaksud untuk
menutupi kevakuman produksi yang dialami oleh para petani. Pemikiran tentang
penggantian tanaman perkebunan menjadi tanaman pangan ini dilandasi oleh besarnya pengaruh para
petani perkebunan rakyat terhadap kesejahteraan perekonomian Kalimantan Barat. Strategi ini akan membawa keuntungan
yang dapat mengembalikan nasib para petani agraris.
Pemerintah
memang sudah selayaknya memberikan perhatian khusus serta kontribusi, dan
solusi yang tepat dalam memperbaiki nasib
para petani perkebunan rakyat yang jumlahnya cukup besar. Kerugian yang dialami akibat kegagalan panen oleh para petani
tentu saja dapat mempengaruhi perkembangan perekonomian Kalimantan Barat. Pengelolaan perkebunan secara professional
akan menjanjikan sektor perkebunan yang memiliki tingkat komersial yang tinggi
sehinggga dapat membantu untuk meningkatkan
kesejahteraan para petani dan menambah
produktivitas lahan perkebunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar