BAB I
GERAK GELOMBANG
1.1 Pengertian Getaran
Dan Persamaan Getaran Harmonis
1.1.1 Pengertian Getaran
1.1.1 Pengertian Getaran
Getaran selaras adalah gerak proyeksi sebuah
titik yang bergerak melingkar beraturan, yang setiap saat diproyeksikan
pada salah satu garis tengah lingkaran. Gaya
yang bekerja pada gerak ini berbanding lurus dengan simpangan benda dan arahnya
menuju ke titik setirnbangnya
Getaran selaras sederhana adalah gerak
harmonis yang grafiknya merupakan sinusoidal dengan frekuensi dan amplitudo
tetap.
Perioda atau waktu getar (T) adalah selang waktu
yang diperlukan untuk melakukan satu getaran lengkap(detik).
Freknensi (f) adalah jumlah getaran yang
dilakukan dalam satu detik (Hertz).
Hubungan freknensi dan perioda: f = 1/T
1.1.2 Persamaan Getaran HarmonisHubungan freknensi dan perioda: f = 1/T
Simpangan (y)
|
Kecepatan (Vy)
|
Percepatan (ay)
|
y
= A Sin
= A Sin t |
Vy
= dy/dt
= A cos t |
ay =
dvy/dt =d2y/dt2 = -2A sin t ay = -2y |
A =
ampiltudo getaran = kecepatan anguler w = 2 f = 2/T ymaks = A (di titik tertinggi ) |
= t = 2t/T
= sudut fase vy maks = A (dititik terendah/titik setimbang) |
ay
maks = 2
(pada saat membalik di titik tertinggi) |
1.2
Fase,
Beda Fase Dan Gaya Penyebab Getaran Harmonis
Fase Getaran : Selisih fase antara due titik yang melakukan getaran selaras
Beda Fase
: Fase Getaran : Selisih fase antara due titik yang melakukan getaran selaras
= 1
- 2
|
0 < < 1
Jika = 1 3/4 dapat ditulis = 3/4, sehingga = 2.3/4 = 270_
= 2 1/3 dapat ditulis = 1/3, sehingga = 2.1/3 = 120_
Gaya Getaran:
F = m.ay
F = -m.2.y = -K.y
1.3 Energi Getaran Harmonis Dan Contohnya
Energi kinetik (Ek) :
= t/T= /360 = /2
Energi potensial (Ep) :
= 1 - 2
Catatan : 0
jika1 ¾dapat ditulis = ¾, sehingga = 2.¾ = 270°
jika2 1/3dapat ditulis = ¾, sehingga = 2.¾ = 270°
Energi mekanis (EM) :
F = m.ay
F = - mw².y = -K.y
1.3.1 Contoh Getaran Harmonis
Energi
Kinetik (Ek)
Energi Potensial (Ep) Energi Mekanik (EM) |
|
½
m.v² = ½ m.².A² COS² .t
½ K.y² = ½ m.².A² sin² .t Ek + Ep = ½ m.².A² |
Bandul Sederhana |
Benda
bergantung pada pegas
|
Perioda
Bandul (T) :T = 2 l/g) Tidak tergantung massa benda Gaya Pemulih (F):F = w sin |
Periode pegas (T):T =
2 (m/k) |
Suatu titik materi bergetar harmonis dan menghasilkan energi kinetik sama dengan tiga kali energi potensialnya. Berapakah sudut simpangan pada saat itu ?
Jawab
Ek 3p ½ mw²A² cos² = 3. ½ m²A² Sin²
[sin /cos ]² = 1/3 tg = 1/3 = 30°
1.4 Macam-Macam Gelombang
- Berdasarkan arah getar:
1. Gelombang transversal arah getarnya tegak lurus arah rambatnya.
2. Gelombang longitudinal arah getarnya searah dengan arah rambatnya.
- Berdasarkan cara rambat dan medium yang dilalui :
1. Gelombang mekanik yang dirambatkan adalah gelombang mekanik dan untuk perambatannya diperlukan medium.
2. Celombang elektromagnetik yang dirambatkan adalah medan listrik magnet, dan tidak diperlukan medium.
- Berdasarkan amplitudonya:
1. Gelombang berjalan gelombang yang amplitudonya tetap pada titik yang dilewatinya.
2. Gelombang stasioner gelombang yang amplitudonya tidak tetap pada titik yang dilewatinya, yang terbentuk dari interferensi dua buah gelombang datang dan pantul yang masing-masing memiliki frekuensi dan amplitudo sama tetapi fasenya berlawanan.
y=Asin(at-kx) y=A sin 2/T (t- x/v ) y=A sin 2 (t/T-x/)
Tanda (-) menyatakan gelombang
merambat dari kiri ke kanan
|
|
A
= amplitudo gelombang (m)
= v.T = panjang gelombang (m)
v = cepat rambat gelombang (m/s)
k = 2/ = bilangan gelombang (m')
x = jarak suatu titik terhadap titik asal (m)
= v.T = panjang gelombang (m)
v = cepat rambat gelombang (m/s)
k = 2/ = bilangan gelombang (m')
x = jarak suatu titik terhadap titik asal (m)
Sudut fase
gelombang () |
Fase
gelombang () |
Beda fase gelombang
(A)
|
= 2 [(t/T) - (x/)
|
= (t/T)
- (x/)
|
= x/X2-X1)
|
Contoh:
Sebuah sumber bunyi A menghasilkan gelombang berjalan dengan cepat rambat 80 m/det, frekuensi 20 Hz den amplitudo 10 cm. Hitunglah fase den simpangan titik B yang berjarak 9 meter dari titik A, pada saat titik Asudah bergetar 16 kali !
Jawab:
f = 20 Hz perioda gelombang : T = 1/20 = 0,05 detik
panjang gelombang: = v/f = 80/20 = 4 m
titik A bergetar 16 kali waktu getar t = 16/20 = 0,8 detik
Sebuah sumber bunyi A menghasilkan gelombang berjalan dengan cepat rambat 80 m/det, frekuensi 20 Hz den amplitudo 10 cm. Hitunglah fase den simpangan titik B yang berjarak 9 meter dari titik A, pada saat titik Asudah bergetar 16 kali !
Jawab:
f = 20 Hz perioda gelombang : T = 1/20 = 0,05 detik
panjang gelombang: = v/f = 80/20 = 4 m
titik A bergetar 16 kali waktu getar t = 16/20 = 0,8 detik
fase
titik B:
B = t/T - x/ = 0,8/0,05 - 9/4 = 13 ¾ = ¾ (ambil pecahaanya) |
simpangan
titik B:
YB = A sin 2 (t/T - x/) = 10 sin 2 (¾) = 10 sin 270 = -10 cm |
Bunyi termasuk gelombang longitudinal yang dapat merambat pada medium padat, cair atau gas.
1.6.1 Pelayangan dan resonansi bunyi
Pelayangan adalah gejala mengeras dan melunaknya bunyi yang terjadi
secara teratur disebabkan oleh interferensi dua nada yang
frekuensinya berbeda sedikit.
fi f2 f = f1 - f2
1 layangan : gejala terjadinya dua pengerasan bunyi yang
berturutan. (1 layangan = keras - lemah - keras).
Resonansi adalah ikut bergetarnya suatu benda karena pengaruh
getaran benda lain di dekatnya. Jadi freknensi kedua benda
sama.
f1 = f2 f = 0 bunyi saling berinterferensi sempurna
(saling menguatkan).
1.7 Cepat Rambat Gelombang
Cepat
rambat gelombang transversal dalam dawai/tali :
|
Cepat
rambat gelombang dalam semua medium(umum) :
|
v =F/
F = gaya
tegang tali = m.g gaya beban = massa tali / panjang tali = m/l |
v= .f
= panjang gelombang
(m)f =frekuensi gelombang (Hz) |
Cepat
rambat gelombang bunyi(longitudinal) dalam :
|
Cepat
rambat gelombang bunyi (longitudinal)dalam gas :
|
zat padat v = / zat cair v = / E = modulus elastis zat padat B = modulus Bulk zat cair p = kerapatan medium perambat |
v = P/
P =
tekanan gas (N/m2)Jika perambatan bunyi dalam gas dianggap sebagai proses adiabatik maka
v= RT/M
= Cp/Cv = kons. Laplace.
=
kerapatan gas T = suhu mutlak M = massa satu mol gas(BM) |
BAB II
CAHAYA SEBAGAI GELOMBANG
2.1 Sifat Gelombang
Cahaya
Cahaya
merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya
dapat merambat dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x 100.000.000 m/s.
2.2
Sifat-sifat cahaya :
1.Dapat mengalami pemantulan
(refleksi)
2.Dapat mengalami pembiasan
(refraksi)
3.Dapat mengalami pelenturan
(difraksi)
4.Dapat dijumlahkan
(interferensi)
5.Dapat diuraikan (dispersi)
6Dapat diserap arah getarnya
(polarisasi)
7.Bersifat sebagai gelombang
dan partikel
2.3 Hukum Pemantulan
Cahaya
Sinar
datang, garis normal, dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar.
Sudut datang (i) = sudut
pantul (r)
2.3.1 Pemantulan pada
Cermin Datar
Sifat pembentukan bayangan
pada cermin datar :
Jarak bayangan ke cermin =
jarak benda ke cermin. Tinggi bayangan = tinggi benda
Bayangan bersifat tegak dan
maya, dibelakang cermin
2.3.2 Pemantulan pada
Cermin Cekung
Sinar-sinar Istimewa pada
cermin Cekung :
Sinar datang sejajar sumbu
utama dipantulkan melalui titik fokus.Sinar datang melalui titik fokus
dipantulkan sejajar sumbu utama.Sinar datang melalui pusat kelengkungan cermin
dipantulkan melalui titik itu juga.
Sifat Bayangan :
a. Bila benda di ruang I,
maka c. Bila benda di ruang III, maka Bayangan di ruang IV Bayangan di ruang II
Maya, tegak, diperbesar danNyata, terbalik, diperkecil
b. Bila benda di ruang II,
maka Bayangan di ruang III Nyata, terbalik, diperbesar
2.3.4 Pemantulan pada
Cermin Cembung
Sinar-sinar Istimewa pada
cermin Cembung :
Sinar datang sejajar sumbu
utama dipantulkan seolah-olah berasal dari titik fokus.Sinar datang melalui titik
fokus dipantulkan sejajar sumbu utama.Sinar datang melalui pusat kelengkungan
cermin dipantulkan melalui titik itu juga.
Sifat Bayangan :Maya, tegak,
diperkecil.
2.4 Hukum pembiasan
cahaya
2.4.1 Pembiasan pada
Lensa Cembung
Sinar-sinar Istimewa pada
Lensa Cembung :
Sinar sejajar sumbu utama
dipantulkan melalui titik fokus..Sinar melalui titik fokus dipantulkan sejajar
sumbu utama.Sinar datang melalui titik pusat optik tidak dibiaskan.
Sifat Bayangan :
a. Bila benda di ruang I,
maka Bayangan maya (di depan lensa), tegak, diperbesar
b. Bila benda di ruang II,
makaBayangan nyata (dibelakang lensa), terbalik, diperbesar
c. Bila benda di ruang III,
makaBayangan nyata, terbalik, diperkecil
2.4.2 Pembiasan pada
Lensa Cekung
Sinar-sinar Istimewa pada
Lensa Cekung :
Sinar sejajar sumbu utama
dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus.Sinar datang seolah-olah menuju
titik fokus dibiaskan sejajar sumbu utama.Sinar datang melalui pusat optik
tidak dibiaskan.Sifat Bayangan :
Maya, tegak, diperkecil.
2.5 Dispersi Cahaya
Dispersi
adalah peristiwa penguraian cahaya polikromarik (putih) menjadi cahaya-cahaya
monokromatik (me, ji, ku, hi, bi, ni, u) pada prisma..Peristiwa dispersi ini
terjadi karena perbedaan indeks bias tiap warna cahaya. Cahaya berwarna merah
mengalami deviasi terkecil sedangkan warna ungu mengalami deviasi
terbesar.
Sudut disperse
= u - m
= (nu - nm)
m = sudut deviasi
merah = (nu - nm)
u = sudut deviasi ungu
nu = indeks bias untuk warna ungu
nm = indeks bias untuk warna merah
Catatan : Untuk menghilangkan dispersi antara sinar ungu dan sinar merah kita gunakan susunan Prisma Akhromatik.
tot = kerona - flinta = 0
Untuk
menghilangkan deviasi suatu warna, misalnya hijau, kita gunakan susunan prisma
pandang lurus.
Dtot = Dkerona - Dflinta = 0
Sinar datang L menghasilkan warna-warna di atas permukaan lapisan (misal minyak) dengan syarat:
2
nd cos r
|
(2m
-1)1/2
|
terang (maks)
|
(2m)1/2
|
gelap (min)
|
m = Orde = 1, 2, 3, ........
= panjang gelombang cahaya di udara
n= indeks bias lapisan
Agar
mendapatkan pola interferensi cahaya pada layar maka harus digunakan dua sumber
cahaya yang koheren (cahaya dengan beda fase tetap).Percobaan Young menggunakan
satu sumber cahaya tetapi dipisahkan menjadi dua bagian yang koheren, sedangkan
percobaan Fresnel menggunakan dua sumber koheren, sehingga pada layar terjadi
pola-pola terang (interferensi koostruktif = maksimum) dan gelap (interferensi
destruktif = minimum).Rumus percobaan Young dan Fresnel untuk celah ganda (dua
celah) adalah sama, yaitu:
p
. d
|
(2m)
1/2
|
terang (maks)
|
..l
|
(2m
- 1) 1/2
|
gelap (min)
|
d = jarak dua celah terdekat
l = jarak sumber-layar
m = orde = 1,2,3, .........
= panjang gelombang cahaya
Untuk
difraksi dan interferensi pada celah tunggal (satu celah) rumusnya menjadi:
p
. d
|
(2m
- 1) 1/2
|
terang (maks)
|
..l
|
(2m)
1/2
|
gelap (min)
|
BAB III
GELOMBANG BUNYI
Sumber
bunyi (berupa benda-benda yang bergetar) terbagi tiga, yaitu dawai (senar/tali)
pipa organa terbuka dan pipa organa tertutup.
3.1.1 SYARAT NADA DASAR ( fo ) PIPA ORGANA TERBUKA = NADA DASAR ( fo ) DAWAI
L = (n+1/2)untuk fo n = 0 => L = 1/2
3.1.2 SYARAT NADA DASAR PIPA ORGANA TERTUTUP
L = (2n+1) untuk fo n = 0 L = ¼
4
3.1.3 PERBANDINGAN FREKUENSI NADA-NADA PADA SUMBER BUNYI
Dawai
|
:
fo : f1 : f2 = 1: 2 :3 ...
|
Pipa
Organa Terbuka (POB)
|
:
fo : f1 : f2 = 1 :2 :3 ...
|
Pipa
Organa Tertutup (POT)
|
:
fo : f1 : f2 = 1 : 3 : 5 ...
|
Catatan : - pada dawai, bagian yang dijepit/ditekan selalu timbul
simpul (s) gelombang. Jadi p < s.
- pada pipa organa, bagian terbuka selalu timbul perut (p)
gelombang sedangkan bagian terlutup selalu timbul simpul
(s) gelombang. Jadi p > s (POB) ; p = s (POT)
- f1 disebut nada atas 1 f2 disebut nada atas 2 dst
Efek
Doppler menjelaskan peristiwa terjadinya perubahan frekuensi yang terdengar (fp)
karena adanya gerak relatif sumber dan pendengar.
fp = fs v ± vp
v ± vs |
fp
= frekuensi pendengar
fs = frekuensi sumber v = kecepatan bunyi di udara vp = kecepatan pendengar vs = kecepatan sumber |
vp + pendengar mendekati sumber
0 pendengar diam
- pendengar menjauhi sumber
vs + sumber mendekati pendengar
0 sumber diam
- sumber menjauhi pendengar
3.3 Gejala Akustik (Intensitas Dan Taraf Intensitas Bunyi)
3.3.1 INTENSITAS BUNYI ( I )
v = kecepatan bunyi di udara
vp = kecepatan pendengar
vs = kecepatan sumber
Intensitas bunyi (I) adalah jumlah energi bunyi yang menembus tegak lurus bidang per detik.
I
= P/A = P/(4R2)
|
I 1/R²
|
P
= daya bunyi (watt)
A = luas bidang bole (m² atau cm²) A = 4R² R = jarak suatu titik ke sumber bunyi |
I
= 2²
f² A² v
|
I A²
|
I
f²
|
TI = 10 log (I/lo)
TI mempunyai satuan desibell (dB)
Io = intensitas ambang
Io = 10E-16 watt/cm² pada frekuensi 100 Hz
Batas intensitas dan taraf intensitas yang dapat didengar pada frekuensi 1000 Hz:
10E-16 I 10E-4 watt/cm²
0 TI 120 dB
0 TI 120 dB
BAB IV
LISTRIK STATIS
Muatan
listrik (Q)
terbagi dua yaitu muatan listrik positif (+) dan muatan listrik negatif
(-).Jika batang ebonit digosok dengan kain wol, maka ebonit bermuatan listrik
negatif sedangkan jika kaca digosok dengan kain sutra, maka kaca bermuatan
listrik positif. Muatan listrik sejenis tolak menolak sedangkan yang berlainan
jenis tarik menarik.
Kuat Medan Listrik Dan Hukum Coulomb
E = k Q/R²
E = k Q/R²
Suatu benda bermuatan listrik akan menimbulkan medan
listrik disekitarnya. Pengaruh medan listrik disuatu titik
dinyatakan oleh besaran vektor Kuat Medan Listrik (E), dengan satuan
N/C.Jika suatu benda lain bermuatan Q' ditempatkan di titik tersebut,
maka benda bermuatan tersebut akan mengalami GAYA ELEKTROSTATIK F (disebut juga GAYA COULOMB).
F = Q E = k Q Q'/R²
F = Gaya
tarik/tolak (dalam Newton)R = jarak muatan Q dan Q' (dalam meter)
k = tetapan = ¼o = 9 x 10E9 Nm/coul
o = permitivitas vakum = 8,85 x 10E-12 coul²/Nm
Q,Q' = muatan listrik (Coulomb)
4.2 Potensial Dan Energi Listrik
Potensial listrik (V) di titik A karena muatan Q adalah:
V = k Q/R atau V = E R
|
Ep = QV
Usaha (W) untuk memindahkan muatan Q dalam medan listrik dari titik A ke titik B adalah :
W = (EP)B - (EP)A VB = potensial di titik B
= Q (VB - VA) VA = potensial di titik A
4.3 Garis-Garis Gaya Dan Hukum Gauss
Garis-garis gaya adalah garis khayal yang arahnya (atau arah garis singgungnya) menyatakan arah kuat medan listrik di suatu titik. Kerapatannya menyatakan besar kuat medan listrik di tempat tersebut.
E
~ N/An N = E An
|
Pada suatu bidang tertutup, jumlah garis gaya keluar dikurangi jumlah garis gaya masuk sama dengan muatan listrik di dalam bidang tersebut
An = 4 r² N = 1 Q o N = Q di udara
4 r² 4o r²
4.4 Kapasitor
KAPASITAS SUATU KAPASITOR (C) KEPING SEJAJAR :
C = Q/V
Untuk
mengubah nilai kapasitas kapasitor C dapat digunakan rumus :
C = (K o A)/d = K Co
Q = muatan yang
tersimpan pada keping kapasitor V = beda potensial antara keping kapasitor.
KUAT MEDAN LISTRIK (E) DI ANTARA KEPING SEJAJAR :
E = / = V/d
= rapat muatan = Q/A A = luas keping
= K o
K = tetapan dielektrik bahan yang disisipkan di antara keping kapasitor.
K = 1 untuk bahan udara
1 untuk bahan dielektrik
= K o
K = tetapan dielektrik bahan yang disisipkan di antara keping kapasitor.
K = 1 untuk bahan udara
1 untuk bahan dielektrik
Jika
dua bola konduktor dengan kapasitas C1 dan C2 serta tegangan V1 dan V2,
dihubungkan dengan sepotong kawat kecil, maka potensial gabungan pada
bola-bola tersebut :Vgab = C1V1 + C2V2
C1 + C2
ENERGI YANG TERSIMPAN DALAM KAPASITOR (W) :
W = ½ Q V = ½ C V² = ½ Q²/C satuan Joule
RANGKAIAN KAPASITOR SERI DAN PARALEL :
C1 + C2
ENERGI YANG TERSIMPAN DALAM KAPASITOR (W) :
W = ½ Q V = ½ C V² = ½ Q²/C satuan Joule
RANGKAIAN KAPASITOR SERI DAN PARALEL :
SERI
1/Cs = 1/C1 + 1/C2 + 1/C3 + ... VG = V1 + V2 + V3 + ... Qg = Q1 = Q2 = Q3 = ... |
PARALEL
Cp = C1 + C2 + C3 + ... Vg = V1 = V2 = V3 = ... Qg = QI + Q2 + Q3 + ... |
Sebuah titik A yang bermuatan -10 mC berada di udara pada jarak 6 cm dari titik B yang bermuatan +9 mC. Hitunglah kuat medan di sebuah titik yang terletak 3 cm dari A den 9 cm dari B !
Jawab:
Misalkan titik C (diasumsikan bermuatan positif)
dipengaruhi oleh kedua muatan QA den QB, maka :
EA = k.QA = (9.10E9) (10.10E-6) = 10E8 N/C
RA2 (3.10E-2)²
EA = k.QB = (9.10E9) (10.10E-6) = 10 E87 N/C
RB² (3×10E-2)²
Jadi resultan kuat medan di titik C adalah :
EC = EA - EB = 9 × 107 N/C
EA = k.QA = (9.10E9) (10.10E-6) = 10E8 N/C
RA2 (3.10E-2)²
EA = k.QB = (9.10E9) (10.10E-6) = 10 E87 N/C
RB² (3×10E-2)²
Jadi resultan kuat medan di titik C adalah :
EC = EA - EB = 9 × 107 N/C
BAB V
INDUKSI
MAGNETIK DAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK
5.1
Arah Medan Magnet yang Ditimbulkan Oleh Arus Listrik
Karena arus listrik adalah muatan
listrik yang bergerak , dapat dikatakan gerakan muatan listrik menimbulkan
medan magnet. Arah medan magnet sangat ditentukan oleh arus listriknya.
5.2
Besar Induksi Magnetik yang ditimbulkan oleh kawat Lurus Berarus listrik
Besar induksi listrik pada suatu
titik ditentukan oleh jarak titik itu ke kawat pengantar berarus listrik dan besarnya
arus listrik.ditulis dengan rumus:
B=
Dengan
B=besar induksi magnetic
kuat arus listrik
jarakm kuet arus listrik sampai titik
tersebut
permeabilitas ruang hampa
Induksi magnetic pada Kawat Penghantar Melingkar
Berarus listrik
Induksi
magnetic pada Solenoida
Kumparan yang mempunyai jumlah lilitan lebih dari 10 disebut selenoida.
Jumlah lilitan tiaqp meter adalah
n=N
l
Kita tinjau dari
sejumlah lilitan sepanjang dx.Jumlah lilitan sepanjang dx ialah ndx.dari rumus: B=sin
2 R²
Untuk ndx lilitan
diperoleh : dB=sinndx
2 R²
Dengan
sudut antara r dan x
r = cosec
x= cotg
dx= cosoc2
Kumparan yang
dialiri arus listrik bersifat seperti magnet batang. Kutub S magnet ditandai
jika dilihat arah arus pada ujung kimparan “searah” jarum jam maka ujung
tersewbut kutub selatan.
5.3.2 Toroida
Suatu selenoida yang berada di lingkungan sehingga membentuk lingkatan
dinamaka toroida. Besaernya induksi magnetic pada sumbu toroida :
B=n
Dengan n merupaka jumlah lilitan tiap meter.
5.4
Gaya Lorentz
5.4.1
Arah gaya Lorentz
Gaya Lorentz ditentukan oleh arah arus dan arah medan magnet.Arah gaya
ini dapat ditentukan oleh kaidah tangan kanan. Jika arus listrik mengalir dari
siku ke ujung jari dan arah lipatan keempat jeri meunjukkan arah kuat medan
magnet maka rentangn ibu jari menunjukkan arah gaya Lorentz
5.4.2
Besar Gaya Magnetik
Dengan cara mengubah besar kecilnya kuet arus, dan mengubah
magnet,Lorentz menyimpulkan bahwa besarnya gaya sebanding dengan kuat arus,
kuat medan magnet, dan tergantung pada posisi kawwat terhadap arah medan
magnetnya.
F=B L sin
Dengan
F= gaya lorentz
= sudut antara arah
kut arus dengan arah medan magnet
L= panjang kawt yang
berada di dalam medan magnet
I =- kuat arus
B = besar medan
magnet
5.5
Gaya Magnetik pada dua Penghntar yang Berarus
Lisatrik
5.5.1
Gaya magnetic pada dua kawat sejajar
Dua penghantar berarus listrik
yang berdekatan akan saling mempengaruhi yaitu saling menolak atau saling
menarik. Terjadi tolak menolak jika pada kedua penghantar mengalir arus yang
berlawanan arah dan terjadi tarik menarikjika dalam penghantar mengalir arus
yang searah.
Besar gaya tolak-menolak dihitung dengan cara sebagai berikut
B
=
2
leh karena Q terdapat erus listrik i2, maka pada setiap satuan panjang
bekerja gaya Lorentz
F:
B i2
F
= =
2
BAB VI
RANGKAIAN LISTRIK ARUS BOLAK BALIK
Arus
listrik merupakan gerakan kelompok partikel bermuatan listrik dalam arah
tertentu. Arah arus listrik yang mengalir dalam suatu konduktor
adalah dari potensial tinggi ke potensial rendah (berlawanan arah dengan gerak
elektron).
6.1.1 KUAT ARUS LISTRIK
(I)adalah jumlah muatan listrik yang menembus penampang konduktor tiap satuan waktu.
I = Q/t = n e v A
|
Q
= muatan listrik
n = jumlah elektron/volume v = kecepatan elektron |
adalah kuat arus per satuan luas penampang.
J = I/A = n e v
|
e
= muatan 1 eleltron = 1,6 x 10E-19
A = luas penampang yang dilalui arus |
= E/J
R
= L/A
= hambatan
jenis (ohm.m)E = medan listrik
J = rapat arus
R = hambatan (ohm)
L = panjang konduktor (m)
6.1.3 HUBUNGAN HAMBATAN JENIS DAN HAMBATAN DENGAN SUHU
t = o(1 + t)
Rt = Ro(1 + t)
t, Rt = hambatan jenis dan hambatan pada t°C
o, Ro = hambatan jenis dan hambatan awal
= konstanta bahan konduktor ( °C-1 )
t = selisih suhu (°C )
6.2 Hukum Ohm
Hukum
Ohm menyatakan
bahwa besar arus yang mengalir pada suatu konduktor pada suhu tetap sebanding
dengan beda potensial antara kedua ujung-ujung konduktor
I
= V / R
|
I = n
E
R + n rd |
I = n
R + rd/p |
E = ggl (volt)
rd = hambatan dalam elemen
R = hambatan luar
p = banyaknya elemen yang disusun paralel
RANGKAIAN HAMBATAN DISUSUN SERI DAN PARALEL
SERI
R = R1 +
R2 + R3 + ...V = V1 + V2 + V3 + ... I = I1 = I2 = I3 = ... |
PARALEL
1 = 1 + 1
+ 1R R1 R2 R3 V = V1 = V2 = V3 = ... I = I1 + I2 + I3 + ... |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar