BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori evolusi berawal dari sebuah pertanyaan besar yang telah menganggu
pikiran manusia dari dahulu, yaitu “DARI MANA ASAL MANUSIA?”. Banyak pandangan
lahir, namun Teori Evolusilah yang paling mengemparkan. Teori Evolusi secara
kasar digambarkan sebagai teori yang mengatakan bahwa manusia berasal dari
binatang, jelasnya dari kera.
Evolusi
sering dideskripsikan sebagai "fakta dan teori", "fakta namun
bukan teori", ataupun "hanya sebuah teori, dan bukan fakta".
Deskripsi ini mengilustrasikan kerancuan terminologi yang dapat menghambat
diskusi evolusi. Istilah "evolusi", utamanya ketika dirujuk sebagai
sebuah "teori", juga umumnya digunakan secara meluas untuk melibatkan
proses seleksi alam dan hanyutan genetika.
Fakta
sering kali digunakan oleh para ilmuwan untuk merujuk pada data-data eksperimen
ataupun pengamatan objektif yang dapat diverifikasi. "Fakta" juga
dapat digunakan secara lebih luas untuk merujuk pada hipotesis apapun yang
memiliki bukti-bukti yang sangat banyak dan kuat. Sering kali, evolusi
dikatakan sebagai fakta dalam artian yang sama kita mengatakan perputaran bumi
mengelilingi matahari juga merupakan sebuah fakta
1.2 Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang teori
evolusi yang masih menjadi perdebatan antara kaum ilmuan dan masyarakat serta
kaum religius.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Evolusi
Evolusi
dari segi bahasa (Bahasa Inggris: evolution), berarti perkembangan. Dalam ilmu
sejarah, evolusi diartikan sebagai perkembangan social, ekonomis, politis yang
berjalan sedikit demi sedikit, tanpa unsur paksaan. Dalam ilmu pengetahuan,
istilah evolusi diartikan sebagai perkembangan berangsur-angsur dari benda yang
sederhana menuju benda yang lebih sempurna.
Evolusi
pada dasarnya berarti proses perubahan dalam jangka waktu tertentu. Dalam
konteks biologi modern, evolusi berarti perubahan frekuensi gen dalam suatu
populasi. Akumulasi perubahan gen ini menyebabkan terjadinya perubahan pada
makhluk hidup.
Evolusi
secara sederhana didefinisikan sebagai perubahan pada sifat-sifat atau
frekuensi gen suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi
selanjutnya. Walaupun demikian, definisi "evolusi" juga sering kali
ditambahkan dengan klaim-klaim berikut ini:
- Perbedaan pada komposisi sifat-sifat
antara populasi-polulasi yang terisolasi selama beberapa generasi dapat
mengakibatkan munculnya spesies baru.
- Semua organisme
yang hidup sekarang merupakan keturunan dari nenek moyang yang sama.
Menurut
Douglas
Futuyma, 'evolusi biologis dapatlah merupakan proses yang
kecil maupun substansial; ia melibatkan segala sesuatu dari perubahan yang
kecil pada proporsi alel yang berbeda dalam suatu populasi sampai dengan
perubahan terus menerus yang berujung pada organisme proto seperti siput,
lebah, jerapah, dan dandelion.
2.2 Tokoh-Tokoh
Teori Evolusi Awal
- J. B. de Lamarck (1774-1829)
Lamarck
adalah seorang sarjana Perancis, merupakan orang pertama yang secara tegas
menyatakan bahwa kehidupan berkembang dari tumbuh-tumbuhan menuju binatang, dan
dari binatang menuju manusia. Namun, pandangannya pada waktu itu belum mendapat
banyak perhatian.
- Charles Darwin (1809-1882)
Tahun
1871, terbit buku kedua Darwin ,
“The Descent of Man” (Asal Usul Manusia). Dalam buku ini, ia mengatakan:
binatang yang paling maju, yaitu kera, dengan proses struggle of life, sedikit
demi sedikit berubah, dan dalam jenisnya yang paling sempurna, mengarah menuju
wujud kemanusiaan. Binatang menjadi manusia. Pandangan ini diperkuat dengan
ditemukannya tengkorak Manusia Neanderthal tahun 1856 di Lembah dekat Dusseldorf , Jerman Barat.
Manusia Neanderthal menyerupai kera dan manusia.
- Ernst Heirich Haeckel (1834-1919)
Haeckel
adalah sarjana ilmu pengetahuan berkebangsaan Jerman. Ia menolak penciptaan
sama sekali. Menurutnya, dunia ini kekal, tak ada permulaan, dan hidup tercipta
dengan sendirinya secara mekanis. Demikian juga halnya dengan manusia.
Haeckel
dalam bukunya “Naturliche Schopfungsgeschichte” (Sejarah Penciptaan)
mengatakan, bahwa sebelum manusia Neanderthal tentu pernah hidup semacam
“keramanusia” yang disebutnya “Pithecanthropus”. Namun sampai waktu fossil
semacam keramanusia itu belum ditemukan.
Atas
pengaruh Haeckel timbullah kebiasaan untuk menyamaratakan manusia dengan kera, melalui
ungkapan “manusia berasal dari kera”. Haeckel yang sikapnya atheis membuka
lebar jalan bagi penganut teori evolusi yang menentang Tuhan terutama Marxisme
dan Komunisme.
2.3 Perkembangan
Teori Evolusi Biologis (Aspek Lahiriah)
Secara
garis besar bukti biologis/fisically yang membuktikan teori evolusi ada 3,
yaitu:
1.
Penemuan fosil-fosil dari zaman purba,
Fosil
adalah kerangka atau bagian kerangka baik dari hewan, tumbuh-tumbuhan, atau
manusia, yang pernah hidup di zaman purbakala. Menurut fosil, manusia purba
dapat di golongkan atas:
a.
Manusia pra-Neanderthal (antara 600.000-150.000 tahun yang lalu), dari hasil penemuan-penemuan pada zaman
ini, Klaatsch ,menyimpulkan bahwa manusia tidak berasal langsung dari kera
primat (kera modern), tapi dari semacam makhluk turunan dari species kera umum,
yang merupakan pendahulu baik dari kera-kera modern maupun dari manusia.
b.
Manusia Neanderthal (hidup 150.000-60.000 tahun yang lalu), kebudayaan Manusia Neanderthal tampak
jelas yaitu dengan ditemukannya alat-alat kerja dari batu dan tulang dan juga
tempat kuburan serta tempat makanan. Sehingga kemanusiaan manusia Neanderthal
tidak dapat diragukan lagi. Kesadaran untuk beragama telah mulai membenih dalam
dirinya.
c.
Manusia Post-Neanderthal (60.000-10.000 tahun yang lalu), manusia pada zaman ini dizamakan Homo
sapiens. Mereka tidak hanya mengenal alat-alat kerja yang halus, lebih dari
itu, mereka telah menguburkan yang mati, memiliki kemampuan untuk merenungkan
hidupnya sendiri dan seluruh alam. Ia menjadi pelukis, manjadi seniman.
2.
Keajaiban Atom,
Tidaklah
benar benda-benda itu statis, mati. Kenyataannya adalah benda itu sanggup
berubah dari intinya (atom), tidak sekedar berubah secara fisik saja. Terjadi
perubahan dalam inti atom dan kefleksibelannya dalam menyatukan diri dengan
atom lain. Susunan dari bagian-bagian elementer (proton, neutron, electron)
sangat berbeda dengan variasi yang tak terbatas, apalagi peralihannya. Hal
dapat ditafsirkan sebagai cermin dari perubahan-perubahan yan berlangsung dalam
bidang yang lebih tinggi, yaitu dalam alam tumbuh-tumbuhan, binatang dan
manusia. Inti pendorong evolusi adalah enersi. Para
ahli tidak bisa memastikan apakah bentuk enersi itu berupa materi, karena
bagian elementer atom sama sekali tidak dapat dilihat, tidak dapat dibayangkan
atau digambarkan.
3.
Satu Sel Menjadi Bayi
Perkembangan
yang dialami oleh anak bayi dalam kandungan wanita adalah suatu kejadian yang
paling mengesankan bagi teori evolusi. Kejadian itu disebut “ontogenese”.
Dengan istilah itu dimaksudkan: perkembangan yang dialami dari satu sel menuju
wujud kemanusiaan. Ontogenese menunjukkan betapa hebat kekuatan alam
mengembangkan sesuatu yang serba sederhana menjadi sempurna.
Selain
tiga bukti ini, masih ada bukti-bukti fosil-fosil binatang dan tumbuhan,
perkembangan bintang-bintang yang dasyat sebagaimana dapat disaksikan oleh
astronomi untuk menguatkan teori evolusi.
Jika
Darwin tokoh vital teori evolusi awal, di zaman modern ini, Teilhard de
Chardin, sarjana paleontology dari Perancis, yang sangat popular dalam teori
evolusi. Menurut Teilhard bumi mengalami 3 fase evolusi:
1. Fase Geosfer: fase terciptanya matahari dan planet-planet (termasuk bumi). Pada fase ini belum ada kehidupan, namun perubahan alam berjalan terus.
2. Fase Kehidupan (biosfer): bermula dari sel-sel, sampai pada tingkat perkembangan tertinggi. Loncatan evolusi terpenting adalah munculnya manusia.
3. Fase pikiran: manusia berkembang dari pola kehidupan primitif sampai pada kehidupan modern yang ditandai teknik dan industri modern.
1. Fase Geosfer: fase terciptanya matahari dan planet-planet (termasuk bumi). Pada fase ini belum ada kehidupan, namun perubahan alam berjalan terus.
2. Fase Kehidupan (biosfer): bermula dari sel-sel, sampai pada tingkat perkembangan tertinggi. Loncatan evolusi terpenting adalah munculnya manusia.
3. Fase pikiran: manusia berkembang dari pola kehidupan primitif sampai pada kehidupan modern yang ditandai teknik dan industri modern.
Teilhard
mengatakan, setiap benda memiliki dua segi yang saling berjalin, yaitu segi
luar (without): seluruh struktur benda sejauh dapat diukur, diperiksa secara
fisika-kimia, dan segi dalam (within): konsentrasi psikis-inti kecendrungan
dari benda.
Oleh
Teilhard, konsentrasi psikis itu disebut “kesadaran”. Kesadaran nampak jelas
dalam diri manusia, namun ada juga dalam binatang sebagai perasaan dan insting,
dan dalam tumbuh-tumbuhan sebgai hidup vegetatif. Sedangkan dalam benda mati
“kesadaran” itu masih tipis.
Segi
luar dan segi dalam tidaklah merupakan dua bagian yang berlainan dalam suatu
benda, melainkan dua sudut dari kenyataan yang sama, sehingga tidak dapat
dipisah-pisahkan. Jadi benda bukanlah semacam kumpulan atom-atom yang
berjajaran secara mekanis saja, melainkan suatu penyatuan atom-atom dan
molekul-molekul dengan daya kecendrungan tertentu. Kecendrungan itu,
“kesadaran” itu, adalah kunci evolusi.
Dalam
benda mati, kombinasi atom dan molekul masih relatif sederhana dan sejalan
dengan kesederhanaan segi luar itu, konsentrasi psikis, segi dalamnya-pun masih
sederhana dan tipis. Makin kompleks, makin kaya segi lahir, yakni kombinasi
molekul-molekulnya, makin padat dan kuatlah segi batinnya. Evolusi menuju
struktur benda yang semakin sempurna adalah sekaligus evolusi menuju kesadaran
batin yang semakin memusat. Sampai
suatu
saat, terjadilah loncatan maha penting dalam proses evolusi alam semesta,
yaitu: meningkatnya kesadaran instinktif menjadi kesadaran reflektif, lahirnya
pikiran. Terjadilah jiwa manusiawi. Manusia sadar bahwa dirinya “sadar”, dapat
berkata “aku”, dapat memikirkan masa lampau dan masa depan, mengambil
kesimpulan, dan merencanakan. Ia sendiri kini menjadi pendorong evolusi.
Makin
kompleks, makin bersatulah benda – itulah hukum evolusi–, yang disebut oleh
Teilhard “loi de complexite et de conscience” (hukum eratnya hubungan antara
kompleksifikasi materi dan konsentrasi batin, yaitu kesadaran). Dan bisa
ditambahkan bahwa; makin bersatu, makin bebas dari pengaruh luar, makin
merdekalah ia dalam dirinya sendiri. Kebebasan mencapai puncaknya dalam diri
manusia. Ia merupakan satu personality, kepribadian yang menyeluruh dalam
dirinya sendiri. Ia bebas menentukan nasibnya sendiri.
Penjelasan
dari Teilhard merupakan pukulan yang mematikan bagi materialisme. Ia menunjukan
bahwa evolusi tidak berjalan atas susunan materi belaka, tidak berkembang dari
kebetulan, tetapi secara terarah, berdasarkan kesadaran batin, seakan-akan
dalam benda itu tertanam suatu rencana.
Persatuan
mutlak antara segi lahir dan batin (tubuh dan jiwa) membawa
kesimpulan-kesimpulan yang revolusioner. Pertama, manusia, seluruhnya jiwa dan
badan berasal dari bapak ibu, dari leluhur. Jadi bukanlah bahwa anak bayi
tubuhnya berasal dari sel telur perempuan dan sperma lelaki, sedang jiwanya
pada pembuahan langsung diciptakan Tuhan. Tetapi, bapak ibu secara total, jiwa
dan badan, menurunkan anak. Kedua: jika manusia meninggal, tubuh tidak akan
mutlak terpisah dari jiwa, dan itu merupakan dasar dari kebangkitan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori evolusi bukan lagi teori
evolusi dari Darwin .
Darwin sudah
jauh ketinggalan. Meskipun ia tetap berjasa, namun teorinya sudah demikian
mendapat koreksi, hingga teori evolusi tidak dapat disebut dan disamaratakan
dengan Darwinisme.
Selama ribuan tahun manusia
berevolusi dalam kesadaran. Manusia telah mencapai tingkat kompleksitas yang
tinggi, baik dalam pemikiran, perasaan maupun kegiatan-kegiatan hidupnya.
Lebih-lebih dalam 300 tahun terakhir, telah terjadi peningkatan yang luar biasa
di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kemampuan-kemampuan intelektuil yang
lain.
3.2 Saran
Sesungguhnya titik terpenting
teori evolusi bagi kehidupan manusia hari ini adalah penelaahan terhadap
langkah-langkah perkembangan kebudayaan manusia. Sehingga kita akan memikirkan
lagi asal usul seluruh kegiatan dan tujuan-tujuan dasar dari kegiatan tersebut.
Di bidang ekonomi misalnya, dimana saat ini yang menguasai kegiatan ekonomi
adalah kapitalistik dan penciptaan kebutuhan yang tidak perlu, banyak
menyimpang dasarnya. Seni, terdistorsi dari pengungkapan perasaan kepada selera
dangkal seperti pornografi. Sehingga, dengan pemahaman akan landasan kehidupan,
manusia bisa merencanakan merintis kemajuan-kemajuan sejati di masa mendatang.
DAFTAR
PUSTAKA
Dahler,
Franz & Julius Chandra.1993. “Asal dan Tujuan Manusia”. Kanisius; Yogyakarta .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar