BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kondisi alam di Indonesia menyebabkan beragamnya jenis tumbuhan
yang dapat hidup di Indonesia .
Hal ini lah yang menjadi pemicu berbagai ilmuan untuk melakukan klasifikasi
terhadap berbagai jenis tanaman Adanya
klasifikasi memudahkan ilmuan dan masyarakat mengetahui dengan mudah
jenis-jenis tumbuhan.
Pengetahuan potensi sumberdaya genetik dan
pelestariannya sangat diperlukan untuk mengantisipasi kepunahan sebagian
sumberdaya genetic yang ada. Banyaknya keanekaragaman hayati yang punah,
disebabkan karena tidak ada upaya untuk mengkonservasi. Menurut Perhimpunan
Perlindungan Alam dan Sumberdaya Alam Internasional, pada dewasa ini ada 7
katagori kelangkaan dari tumbuh-tumbuhan yaitu :
a). Tak jelas atau kabur.
b). Terpulih, yakni yang telah dapat diselamatkan
dari bahaya erosi genetik.
c). Diragukan yang belum jelas keadaannya.
d).Tersisih
atau jarang, yakni sukar ditemukan karena daerah penyebarannya sempit (spesifik).
e). Rawan, yakni yang terus berkurang populasinya
f). Genting, yakni tingkatan yang lebih kritis dari
rawan
g). Punah, yakni sudah tidak ada lagi.
Penulisan kali
ini menekankan klasifikasi berdasarkan famili, genus dan spesies. Famili Anacardiaceae dengan genus Mangifera dan spesies Mangifera Indica L menjadi pilihan dalam
penulisan. Pemilihan ini didasarkan karena banyaknya jenis tanaman berupa
mangga-manggaan yang hidup di daratan Indonesia .
1.2 Tujuan
Tujuan dalam
penulisan ini yaitu untuk menyampaikan informasi kepada pembaca mengenai
tanaman dengan famili Anacardiaceae
dan lebih di tekankan pada spesies Mangifera
Indica. Penulisan ini juga bermaksud untuk memudahkan pembaca dalam
mendapatkan informasi mengenai morfologi tanaman Mangifera Indica.
BAB II
ANACARDIACEAE
Anacardiaceae
merupakan jenis dari tanaman yeng memiliki batang berkayu. Famili Anacardiaceae ini terbagi menjadi
beberapa genus antara lain Mangifera,
Anacardium, Spondias dan Lannea.
2.1 Mangifera
Mangifera adalah nama salah satu marga pada suku
mangga-manggaan atau Anacardiaceae.
Anggotanya adalah kurang lebih 35-40 jenis mangga-manggaan yang menyebar di
wilayah Asia
tropis. Sebagian ahli menyebutkan bahwa marga ini beranggotakan sekitar 35-40
spesies, namun ada pula yang memperkirakan anggotanya mencapai hampir 70
spesies. Mangifera tergolong kedalam
divisio Spermatophyta, Sub Divisio Angiospermae, Klas Dicotyledoneae, Ordo Anacardiales,
Famili Anacardiaceae, Genus mangefera. Jumlah kromosom : 2n = 40.
Mangifera tergolong kedalam tanaman keras/tahunan (paranual), berupa pohon (arbor),
tinggi dapat mencapai 30 m. Percabangan cukup banyak. Daun tunggal (folium simplex), bertangkai,
menyirip, bentuk memanjang, dengan ujung meruncing. Benang sari banyak, dalam 5
berkas berbentuk kipas, kepala sari beruang 1, membengkok. Tangkai putik tebal.
Bunga berkelamin 76 campuran, berumah satu. Buah tergolong buah buni, berbentuk
buat sampai bulat memanjang, daging buah berwana kuning muda sampai jingga, ada
yang berserabut dan tidak. Biji batu berdinding tebal.
2.2 Anacardium
Anacardium
berasal dari timur laut Brazil ,
dibudidayakan di negara-negara tropis. Anacardium
menginginkan suhu tinggi dan tidak cocok terhadap salju, walaupun hanya
sebentar. Tumbuh pada daerah hangat, lembab, dan ketinggian 0-1200 m, curah
hujan tahunan 500- 3500 mm, dan suhu rata-rata 20-35°C. Tumbuh baik pada daerah
berhujan banyak, dan juga distribusi hujan yang baik/merata. Hujan yang berlebihan
pada saat berbunga dapat berpengaruh nyata terhadap penurunan produksi buah dan
buah memerlukan musim panas untuk masak. Menghendaki tanah ringan dan subur,
tetapi dapat tumbuh baik pada bentang tanah yang luas.
Anacardium cepat tumbuh,
tahan kekeringan,, dan sengaja ditanam untuk diambil bijinya, sehingga cocok
untuk agroforestry, rehabilitasi lahan, penghutanan lahan kritis dll.. Kayu
digunakan untuk kayu bakar, arang dan walaupun bukan jenis penghasil kayu tapi
cukup keras dengan kerapatan 500 kg/cm dan bisa untuk konstruksi ringan. Biji
buah dapat dimakan, mengandung vitamin C sangat tinggi. Minyak bijinya (CNSL),
bernilai komersial. Semua bagian batang dapat digunakan
untuk obat.
Anacardium
selalu hijau, tinggi 6-12 m, lebih dari 15 m pada tanah subur, kebanyakan
bercabang sejak pangkal pohon. Daun sederhana, bergantian, tebal dan kaku,
panjang 6-24 cm, lebar 4-15 cm, hijau mengkilap. Bunga malai terbuka, panjang
14-25 cm, terminal, bunga berkelamin dua dan jantan. Kebanyakan bunganya
jantan. Bunga harum, kecil, berkelamin dua, panjang 6-12 mm, bunga jantan 1-2
mm.
Anacardium
memiliki buah tebal, biji lonjong, panjang 2-3 cm dengan sebuah benih coklat
kemerahan dua kotiledon besar. Biji mengandung 5-25% protein dan 35-45% minyak.
Terdapat 130-300 butir per kg. Ketika buah masak, tangkai bunga membesar
membentuk daging buah, berupa buah yang dapat dimakan (jambu mente), berwarna
merah kuning saat masak.
Biasanya berbunga di awal musim kering. Penyerbukan dengan
lalat, tawon bahkan angin. Bisa terjadi penyerbukan sendiri. Perkembangan buah 2-3
bulan. Berbuah sejak umur 4 tahun, mulai berproduksi maksimum umur 10 sampai 30
tahun.
2.3 Spondias
Spondias merupakan tanaman
buah berupa pohon yang dalam bahasa inggris
disebut ambarella, otaheite apple, atau great hog plum. Sedang di Asia Tenggara
disebut : kedondong (Indonesia
& Malaysia ), hevi
(Filipina), gway (Myanmar ),
mokah (Kamboja), kook kvaan (Laos ),
makak farang (Thailand ), dan
co’c (Vietnam ).
Spondias merupakan tanaman buah yang berasal dari famili Anacardiaceae.
Jenis-jenis Spondias unggul yang potensial dan banyak ditanam oleh para petani
diantaranya adalah kedondong karimunjawa, kedondong bangkok, dan kedondong
Kedondong karimunjawa merupakan kedondong yang buahnya berukuran
raksasa/super. Produksi Spondias ini dapat terjadi sepanjang tahun. Bentuk
buahnya lonjong dengan berat 0,7-1 kg/buah.
disebut ambarella, otaheite apple, atau great hog plum. Sedang di Asia Tenggara
disebut : kedondong (
Spondias merupakan tanaman buah yang berasal dari famili Anacardiaceae.
Jenis-jenis Spondias unggul yang potensial dan banyak ditanam oleh para petani
diantaranya adalah kedondong karimunjawa, kedondong bangkok, dan kedondong
Kedondong karimunjawa merupakan kedondong yang buahnya berukuran
raksasa/super. Produksi Spondias ini dapat terjadi sepanjang tahun. Bentuk
buahnya lonjong dengan berat 0,7-1 kg/buah.
Manfaat buah Spondias unggul dimakan dalam keadaan
segar,
tetapi sebagian buah matang diolah menjadi selai, jeli, dan sari buah. Buah yang
direbus dan dikeringkan dapat disimpan untuk beberapa bulan. Buah mentahnya
banyak digunakan dalam rujak dan sayur, serta untuk dibuat acar (sambal
kedondong). Daun mudanya yang dikukus dijadikan lalapan. Buah dan daunnya juga
dijadikan pakan ternak. Kayunya berwarna coklat muda dan mudah mengambang,
tidak dapat digunakan kayu pertukangan, tetapi kadang-kadang dibuat perahu.
Dikenal di berbagai pelosok dunia berbagai manfaat obat dari buah, daun, dan kulit
batangnya, dan dari beberapa negara dilaporkan adanya pengobatan borok, kulit
perih, dan luka bakar. Tiap 100 gram bagian buah yang dapat dimakan mengandung
60-85 gram air, 0,5-0,8 gram protein, 0,3-1,8 gram lemak, 8-10,5 gram sukrosa, 0,85-
3,60 gram serat. Daging buahnya merupakan sumber vitamin C dan besi; buah yang
belum matang mengandung pektin sekitar 10%.
tetapi sebagian buah matang diolah menjadi selai, jeli, dan sari buah. Buah yang
direbus dan dikeringkan dapat disimpan untuk beberapa bulan. Buah mentahnya
banyak digunakan dalam rujak dan sayur, serta untuk dibuat acar (sambal
kedondong). Daun mudanya yang dikukus dijadikan lalapan. Buah dan daunnya juga
dijadikan pakan ternak. Kayunya berwarna coklat muda dan mudah mengambang,
tidak dapat digunakan kayu pertukangan, tetapi kadang-kadang dibuat perahu.
Dikenal di berbagai pelosok dunia berbagai manfaat obat dari buah, daun, dan kulit
batangnya, dan dari beberapa negara dilaporkan adanya pengobatan borok, kulit
perih, dan luka bakar. Tiap 100 gram bagian buah yang dapat dimakan mengandung
60-85 gram air, 0,5-0,8 gram protein, 0,3-1,8 gram lemak, 8-10,5 gram sukrosa, 0,85-
3,60 gram serat. Daging buahnya merupakan sumber vitamin C dan besi; buah yang
belum matang mengandung pektin sekitar 10%.
Tanaman Spondias banyak ditanam di negara-negara Asia Tenggara. Salah satu
negara yang menjadi sentra penanaman Spondias ialah Filipina yang memiliki satu
jenis kedondong unggul yaitu jenis Spondias purpurea L. DiIndonesia
daerah
penghasil Spondias salah satu diantaranya adalah Karimunjawa (Jepara, Jawa
Tengah).
negara yang menjadi sentra penanaman Spondias ialah Filipina yang memiliki satu
jenis kedondong unggul yaitu jenis Spondias purpurea L. Di
penghasil Spondias salah satu diantaranya adalah Karimunjawa (Jepara, Jawa
Tengah).
Pohon Spondias
cabang-cabangnya rapuh dan mudah patah sehingga keadaan
angin yang terlalu kencang dapat merusak pohon ini. Curah hujan yang diinginkan antara 1.000-1.500 mm/tahun. Pada saat musim kemarau daun kedondong rontok seluruhnya dan pada musim penghujan akan tumbuh kembali dengan cepat. Pohon kedondong memerlukan banyak cahaya; pohon yang ternaungi menghasilkan buah sedikit/tidak dapat berbuah sama sekali. Suhu yang hangat sekitar 30 derajat C sangat cocok untuk tanaman kedondong. Kelembaban udara sekitar 14%.
angin yang terlalu kencang dapat merusak pohon ini. Curah hujan yang diinginkan antara 1.000-1.500 mm/tahun. Pada saat musim kemarau daun kedondong rontok seluruhnya dan pada musim penghujan akan tumbuh kembali dengan cepat. Pohon kedondong memerlukan banyak cahaya; pohon yang ternaungi menghasilkan buah sedikit/tidak dapat berbuah sama sekali. Suhu yang hangat sekitar 30 derajat C sangat cocok untuk tanaman kedondong. Kelembaban udara sekitar 14%.
Tanaman Spondias mampu tumbuh sama baiknya pada tanah batu kapur dan
tanah pasir asam, asalkan tanah itu memiliki sistem pengaliran air yang baik.
Tanah yang disukai adalah tanah yang porous, gembur, dan mengandung bahan
organik. Derajat Keasaman tanah (pH) yang sesuai untuk tanaman kedondong ialah antara 5,5-6,2. Apabila tanah terlalu asam maka untuk menaikkan pH perlu dilakukan
pengapuran. Tanaman Spondias tidak suka pada genangan air. Akan tetapi pohon ini juga toleran terhadap kekeringan, dalam keadaan stres dedaunannya akan rontok
untuk sementara saja. Sistem pengairan yang baik akan menunjang pertumbuhan
kedondong sehingga produksinya melimpah. Permukaan air tanah yang dapat
dicapai oleh tanaman kedondong ialah antara 50-200 cm. Kelerengan tidak terlalu mempengaruhi tanaman kedondong, namun tanaman kedondong paling baik ditanam pada daerah yang datar dengan kelerengan antara 0-10 derajat.
tanah pasir asam, asalkan tanah itu memiliki sistem pengaliran air yang baik.
Tanah yang disukai adalah tanah yang porous, gembur, dan mengandung bahan
organik. Derajat Keasaman tanah (pH) yang sesuai untuk tanaman kedondong ialah antara 5,5-6,2. Apabila tanah terlalu asam maka untuk menaikkan pH perlu dilakukan
pengapuran. Tanaman Spondias tidak suka pada genangan air. Akan tetapi pohon ini juga toleran terhadap kekeringan, dalam keadaan stres dedaunannya akan rontok
untuk sementara saja. Sistem pengairan yang baik akan menunjang pertumbuhan
kedondong sehingga produksinya melimpah. Permukaan air tanah yang dapat
dicapai oleh tanaman kedondong ialah antara 50-200 cm. Kelerengan tidak terlalu mempengaruhi tanaman kedondong, namun tanaman kedondong paling baik ditanam pada daerah yang datar dengan kelerengan antara 0-10 derajat.
2.4 Lannea
Lannea
memiliki pohon, tinggi 10-15 m. Batang berkayu,
bulat, bercabang, bekas daun nampak jelas, masih muda hijau setelah tua putih
kehijauan. Daun majemuk, menyirip, anak daun lirna sampai lima belas, berhadapan, bertangkai pendek,
bentuk bulat memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi, pertulangan
menyirip. panjang 6-10 cm, lebar 25-50 mm. Bunga majemuk, bentuk malai, kelopak
panjang ± 1 mm, benang sari delapan sampai sepuluh, kuning, putik empat,
pendek, kuning kehijauan. Buah buni,
bulat memanjang, masih muda hijau setelah tua hijau kuning biji bulat,
berserat, putih. Akar tunggang, putih kotor.
Khasiat kulit
balang Lannea grandis berkhasiat
sebagai obat mencret dan obat
sariawan. Untuk obat mencret dipakai ± 15 gram kulit
batang segar Lannea grandis,
dicuci lalu dipotong kecil-kecil, direbus dengan 2
gelas air selama 15 menit setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum
sehari dua kali sama banyak pagi dan sore. Batang dan daun Lannea grandis
mengandung saponin, flavonoida dan tanin.
BAB III
MANGIFERA
Mangifera sering berupa pohon besar, yang dapat mencapai tinggi 50 m atau bahkan lebih, tanpa
banir (akar papan), dengan
batang besar dan percabangan yang tinggi, membentuk tajuk yang rapat dan
rindang. Apabila dilukai, kulit batang akan mengeluarkan getah yang mula-mula
bening, kemudian kemerahan dan menghitam dalam beberapa jam. Getah ini berbau terpentin dan tajam, dapat
melukai kulit atau menimbulkan iritasi, terutama bagi orang yang sensitif.
Mangifera memiliki daun-daun tunggal, gundul, seperti kulit,
tersusun dalam spiral atau spiral rapat, bertangkai panjang, dan kerap kali
meningggalkan bekas luka yang jelas di ranting apabila gugur. Tanpa daun
penumpu. Bunga berkarang dalam malai, dengan banyak bunga yang berukuran kecil,
aktinomorf, berbilangan 5,
bertangkai sangat pendek seolah-olah duduk pada cabang-cabang malai. Bunga
kebanyakan jantan bercampur dengan bunga-bunga hermafrodit
(berkelamin dua). Buah batu, besar atau kecil, sering dengan daging buah yang
berair dan berserat yang dapat dimakan, berbau harum terpentin. Biji tunggal,
terkadang dengan banyak embrio, terselubung cangkang endokarp yang mengeras dan
seperti kulit. Mangifera terbagi
menjadi beberapa spesies, antara lain :
1. Hampalam
mangga( Mangifera indica L).
Bentuk buah bulat memanjang dengan kulit buah
berwarna hijau. Daging buah agak berserabut, warna jingga, manis, tidak
berserabut. Berat buah berkisar antara 200-400 gram. Hampalam palipisan (Mangifera
spp) Buah berbentuk bulat memanjang,
dengan ukuran buah agak kecil, berat buah berkisar
antara 100-125 gram. Daging
buah berwarna kuning kehijauan, manis, tidak
berserabut.
2. Kuweni (Mangifera
odorata).
Kelompok Mangefera
jenis ini dicirikan dengan aromanya yang menusuk. Buah berbentuk bulat
memanjang, berukuran agak besar, berat/buah dapat mencapai 400 gram. Daging
buah berwarna kuning, manis dan agak berserat. Kulit buah berwarna hijau,buah
yang masak dicirikan dengan daging buahnya yang lunak dan aromanya yang
menusuk. Kuweni Anjir, adalah salah satu jenis kuini yang khas, dengan rasa
yang manis, dapat beradap tasi di lahan rawa pasang surut, lebih tahan terhadap
penggerek buah.
3. Hambawang (Mangifera
foetida)
Kelompok dari Mangifera
ini dicirikan dengan kulit buahnya yang tebal, dan mengandung getah. Kulit buah
berwarna hijau kekuningan, berbintik hitam dan kadang ditemui getah hitam yang
mengering dikulit. Daging buah 77 berwarna kuning, dengan rasa dari masam
sampai manis, daging buah berserat. Jenis hambawang lainnya adalah hambawang
putar,yag dicirikan dengan bentuk buahnya yang bulat, berukuran agak kecil
daging buah dengan biji dapat dipisahkan dengan cara diiris sekeliling buah dan
diputar.
4. Kasturi (Mangifera
casturi Kosterm/ Mangifera casturi Delmiana).
Kelompok Mangifera
ini dicirikan dengan aroma yang khas. Buah berukuran kecil dengan berat/buahnya
mencapai 50- 75 gram, berbentuk bulat sampai bulat agak memanjang. Kulit buah
muda berwarna hijau, kalau matang berangsur-angsur menjadi ungu. Daging buah
berwarna jingga dengan rasa manis yang khas. Kasturi mempunyai wilayah
penyebaran yang sempit (Kalimantan), dan tergolong dari 200 jenis tumbuhan
langka di Indonesia
yang harus dilestarikan. Kasturi diabadikan sebagai maskot flora Kalimantan
Selatan.
5. Kasturi
rawa-rawa/Asam rawa-rawa (mangifera spp)
Tanaman yang mirip dengan kasturi ini dibedakan oleh
bentuk buah yang agak memanjang. Rasa dan aromanya yang khas, manis, tidak
begitu menusuk dan tidak berserat. Kulit buah bagian pangkal berwarna hijau,
bagian ujung berwarna ungu.
6. Kasturi
palipisan (mangifera spp).
Mempunyai buah yang lebih besar dibanding Kelompok
kasturi lainnya, berat/buah dapat mencapai lebih dari 100 gram. Warna daging
buah jingga, agak berserat, padat, dengan rasa manis. Buah muda berwarna hijau,
buah yang masak diciriakan dengan warna ungu pada ujung buah.
7. Kasturi
cuban(mangifera spp).
Kerabat kasturi ini dicirikan dengan bentuk buahnya
yang bundar, dengan ukuran lebih kecil dibanding kelompok kasturi lainnya.
Berat buah antara 40 – 75 gram. Daging buah berwarna kuning,lunak, agak
berserat. Rasa buahnya manis asam yang segar.
8. Binjai
manis (Mangefera kemanga)
Kerabat ini mempunyai rasa manis dan aroma yang khas.
Daun bulat telur memanjang, tebal dan liat berukuran agak besar, dengan tulang
daun yang tidak tampak. Bunga kecil, dalam karangan bunga berbentuk malai,
warna putih. Buah berbentuk lonjong, daging buah putih, lunak, warna kulit buah
hijau. Buah yang masak dicirikan dengan daging buah yang lunak dan
timbulnyaaroma khas. Biji besar, berwarna ungu. Binjai yang manis ini dikenal
pula dengan nama daerah kalimantan binjai wanyi.
9. Binjai
masam (Mangefera kemanga)
Binjai ini dicirikan dengan raba daging buahnya masam
ini yang masam. Warna kulit buah yang matang bervariasi ada yang cokelat,
cokelat kemerahan dan hijau.
BAB IV
MANGIFERA INDICA
Mangfifera
Indica merupakan tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari negara
India .
Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia . Lokasi yang sesuai untuk
tanaman mangga ini pada curah hujan yang tidak terlalu tinggi dan ketinggian
tempat sekitar 1.200 m dari permukaan laut. Mempunyai batang sedang dan
tingginya mencapai 25 m. daun berbentuk lonjong dan tunggal. Buahnya berbentuk
bulat panjang. Jenis mangga yang terkenal, yaitu mangga gedong, mangga gadung,
mangga golek, mangga harum manis, mangga madu, mangga dodol, mangga gurih.
Pohon mangga berperawakan besar, dapat mencapai tinggi 40 m atau lebih, meski kebanyakan mangga peliharaan hanya sekitar 10 m atau kurang. Ciri-ciri fisiknya adalah seperti berikut:
4.1 Daun
Berwarna hijau, berselang-seling, dan mempunyai bentuk lonjong, dengan panjangnya sebanyak 15-35 cm dan lebarnya 6-16 cm. Ketika muda, warnanya jambu merah-jingga, tetapi berubah dengan cepatnya menjadi merah tua berkilat, dan kemudiannya hijau tua ketika matang. Daun tunggal, dengan letak tersebar, tanpa daun penumpu. Panjang tangkai daun bervariasi dari 1,25-12,5 cm, bagian pangkalnya membesar dan pada sisi sebelah atas ada alurnya. Aturan letak daun pada batang biasanya 3/8, tetapi makin mendekati ujung, letaknya makin berdekatan sehingga nampaknya seperti dalam lingkaran (roset). Helai daun bervariasi namun kebanyakan berbentuk jorong sampai lanset, 2-10 × 8-40 cm, agak liat seperti kulit, hijau tua berkilap, berpangkal melancip dengan tepi daun bergelombang dan ujung meluncip, dengan 12-30 tulang daun sekunder. Beberapa variasi bentuk daun mangga:
Berwarna hijau, berselang-seling, dan mempunyai bentuk lonjong, dengan panjangnya sebanyak 15-35 cm dan lebarnya 6-16 cm. Ketika muda, warnanya jambu merah-jingga, tetapi berubah dengan cepatnya menjadi merah tua berkilat, dan kemudiannya hijau tua ketika matang. Daun tunggal, dengan letak tersebar, tanpa daun penumpu. Panjang tangkai daun bervariasi dari 1,25-12,5 cm, bagian pangkalnya membesar dan pada sisi sebelah atas ada alurnya. Aturan letak daun pada batang biasanya 3/8, tetapi makin mendekati ujung, letaknya makin berdekatan sehingga nampaknya seperti dalam lingkaran (roset). Helai daun bervariasi namun kebanyakan berbentuk jorong sampai lanset, 2-10 × 8-40 cm, agak liat seperti kulit, hijau tua berkilap, berpangkal melancip dengan tepi daun bergelombang dan ujung meluncip, dengan 12-30 tulang daun sekunder. Beberapa variasi bentuk daun mangga:
- Lonjong dan ujungnya seperti mata tombak.
- Berbentuk bulat telur, ujungnya runcing seperti mata tombak.
- Berbentuk segi empat, tetapi ujungnya runcing.
- Berbentuk segi empat, ujungnya membulat.
Daun yang masih muda biasanya
bewarna kemerahan, keunguan atau kekuningan; yang di kemudian hari akan berubah
pada bagian permukaan sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian
permukaan bawah berwarna hijau muda. Umur daun bisa mencapai 1 tahun atau
lebih.
4.2 Bunga
Berumah satu (monoecious), bunga mangga merupakan bunga majemuk yang berkarang dalam malai bercabang banyak di ujung ranting. Karangan bunga biasanya berbulu, tetapi sebagian ada juga yang gundul, kuning kehijauan, sampai 40 cm panjangnya. Bunga majemuk ini terdiri dari sumbu utama yang mempunyai banyak cabang utama. Setiap cabang utama ini mempunyai banyak cabang-cabang, yakni cabang kedua.
Bunga-bunga dalam karangan
berkelamin campuran, ada yang jantan dan ada pula yang hermafrodit
(berkelamin dua). Besarnya bunga lebih kurang 6-8 mm. Bunga jantan lebih banyak
daripada bunga hermafrodit, dan jumlah bunga hermafrodit inilah yang menentukan
terbentuknya buah. Persentase bunga hermafrodit bermacam-macam, tergantung dari
varietasnya, yaitu antara 1,25%-77,9%; sementara yang mempunyai bakal buah
normal kira-kira 5-10%.
Bunga mangga biasanya bertangkai
pendek, jarang sekali yang bertangkai panjang, dan berbau harum. Kelopak bunga
biasanya bertaju 5; demikian juga mahkota bunga terdiri dari 5 daun bunga,
tetapi kadang-kadang ada yang 4 sampai 8. Warnanya kuning pucat, sedangkan pada
bagian tengah terdapat garis timbul berjumlah 3 sampai 5 yang warnanya sedikit
tua. Bagian tepi daun mahkota berwarna putih. Pada waktu akan layu, warna
mahkota bunga tadi menjadi kemerahan.
Benang sari
berjumlah 5 buah, tetapi yang subur hanya satu atau dua buah sedangkan yang
lainnya steril. Benang sari yang subur biasanya hampir sama panjang dengan putik, yakni kira-kira 2
mm, sedangkan yang steril lebih pendek. Kepala putik berwarna kemerah-merahan
dan akan berubah warna menjadi ungu pada waktu kepala sari membuka untuk
memberi kesempatan kepada tepung sari yang telah
dewasa untuk menyerbuki kepala putik. Bentuk tepung sari biasanya bulat
panjang, lebih kurang 20-35 mikron.
Bakal buahnya tidak bertangkai
dan terdapat dalam suatu ruangan, serta terletak pada suatu piringan. Tangkai
putik mulai dari tepi bakal buah dan ujungnya terdapat kepala putik yang
bentuknya sederhana. Dalam suatu bunga kadang-kadang terdapat tiga bakal buah.
4.3 Buah
Kulit buah agak tebal berbintik-bintik kelenjar; hijau, kekuningan atau kemerahan bila masak. Daging buah jika masak berwarna merah jingga, kuning atau krem, berserabut atau tidak, manis sampai masam dengan banyak air dan berbau kuat sampai lemah. Biji berwarna putih, gepeng memanjang tertutup endokarp yang tebal, mengayu dan berserat. Biji ini terdiri dari dua keping; ada yang monoembrional dan ada pula yang poliembrional.
Apabila masak, buah ini
terjuntai-juntai dari dahan dengan tangkai yang panjang. Ukuran buahnya antara
10-25 cm panjangnya, dan 7-12 cm diameternya. Beratnya hingga 2.5 kg. Warna
buah yang masak berbeda-beda antara warna kuning, jingga, atau merah pada
bagian yang menghadap ke matahari, dan warna kuning pada bagian yang teduh.
Warna hijau biasanya menunjukkan bahwa buah itu masih belum masak, tetapi ini
bergantung kepada kultivarnya. Apabila masak, buah ini memberi bau damar yang
sedikit wangi. Buah mangga termasuk kelompok buah batu
(drupa) yang berdaging, dengan ukuran dan bentuk yang sangat
berubah-ubah bergantung pada macamnya, mulai dari bulat (misalnya mangga
gedong), bulat telur (gadung, indramayu, arumanis) hingga lonjong memanjang
(mangga golek). Panjang buah kira-kira 2,5-30 cm. Pada bagian ujung buah, ada
bagian yang runcing yang disebut paruh.
4.4 Biji
Satu biji tunggal yang leper, dan berbentuk empat segi panjang, dengan ukuran panjang 4-7 cm, lebar 3-4 cm, dan lebar 1 cm. Bergantung kepada kultivarnya, biji ini berserabut atau licin pada permukaannya. Tebal kulit biji 1-2 mm dan di bawah kulit ini, terdapat satu lapisan tipis seperti kertas yang melingkupi biji tersebut.
Satu biji tunggal yang leper, dan berbentuk empat segi panjang, dengan ukuran panjang 4-7 cm, lebar 3-4 cm, dan lebar 1 cm. Bergantung kepada kultivarnya, biji ini berserabut atau licin pada permukaannya. Tebal kulit biji 1-2 mm dan di bawah kulit ini, terdapat satu lapisan tipis seperti kertas yang melingkupi biji tersebut.
4.5 Akar
Mangga berakar tunggang yang
bercabang-cabang, sangat panjang hingga bisa mencapai 6 m. Akar cabang makin ke
bawah semakin sedikit, paling banyak akar cabang pada kedalaman lebih kurang
30-60 cm.
Tanaman mangga merupakan tanaman
tahunan yang mengalami dormansi kuncup. Faktor lingkungan yang mempengaruhi
dormansi kuncup antara lain adalah intensitas, kualitas dan kuantitas
penyinaran. Salah satu kendala penting dalam meningkatkan produksi buah mangga
adalah besarny'a jumlah kerontokan buah yang terjadi pada setiap
stadiaperkembangan buah sejak terjadinya antesis sampai menjelang buah dipanen.
Pengelolaan mangga dengan memberikan nutrisi makro dan mikro. Salah satu
penunjang terhadap pertumbuhan tanaman yang balk adalah pemberian nutrisi
diantaranya pupuk makro dan mikro secara seimbang.
Proses kerontokan pada tanaman mangga dapat terjadi pada bagian tanaman yaitu daun, bunga, buah atau cabang dari batang pokok. Dilihat dari segi anatomi tanaman dikotil terlihat bahwa tanaman tersusun dari berbagai struktur, beberapa masalah yang dapat menimbulkan kerontokan bagian tanaman diantaranya, suhu rendah (dingin), panas, kekeringan, kimiawi, penuaan dan bermacam-macam jenis kerusakkan. Pengaturan waktu pembungaan tanaman mangga dapat dilakukan dengan pemberian zat pengatur tumbuh paklobutrazol. Kondisi lingkungan diantaranya musim hujan, pemberian nutrisi, dan pengaturan pengairan pada musim kemarau merupakan masalah yang berpengaruh terhadap ketahanan organ reproduksi.
Kerontokan bunga maupun buah menyebabkan rendahnya produksi buah mangga. Kejadian ini dimulai setelah buah terbentuk dan kerontokan terbanyak terjadi pada minggu pertama setelah itu kerontokan buah akan mereda pada minggu ke
Mangifera indica ini atau lebih dikenal
dengan nama mangga ini termasuk ke dalam tumbuhan C3 karena produk fiksasi
karbon organic pertamanya ialah senyawa berkarbon tiga ( 3-fosfogliserat),
dimana tumbuhan ini melewati reaksi gelap dan reaksi terang serta tumbuhan ini
memproduksi sedikit makanan apabila stomatanya tertutup pada hari yang panas dan
kering. Tingkat CO2 yang menurun dalam daun akan mengurangi bahan ke siklus
Calvin, dimana rubisko ini dapat menerima O2 sebagai pengganti CO2. Karena
konsentrasi O2 melebihi konsentrasi CO2 dalam ruang udara di dalam daun, maka
rubisko menambahkan O2 pada siklus Calvin dan bukannya CO2. Akibatnya produknya
terurai dan satu potong senyawa berkarbon dua dikirim keluar dari kloroplas.
Lalu mitokondria dan peroksisom akan memecah molekul berkarbon dua itu menjadi
CO2 sehingga proses ini sering juga disebut fotorespirasi karena proses ini
terjadi dalam cahaya dan mengkonsumsi O2. Akan tetapi fotorespirasi ini tidak
menghasilkan ATP. Tahap-tahap respirasi dari tumbuhan ini juga sama secara
umum, yaitu melalui tahap glikolisis, grooming phase, siklus Krebs, fosforilasi
oksidatif dan ETC.
Mangga terutama ditanam untuk
buahnya. Buah yang matang umum dimakan dalam keadaan segar, sebagai buah meja atau campuran
es, dalam bentuk irisan atau diblender. Buah yang muda kerapkali dirujak, atau dijajakan di
tepi jalan setelah dikupas, dibelah-belah dan dilengkapi bumbu garam dengan cabai. Buah mangga juga
diolah sebagai manisan, irisan buah
kering, dikalengkan dan lain-lain. Di pelbagai daerah di Indonesia ,
mangga (tua atau muda) yang masam kerap dijadikan campuran sambal atau masakan
ikan dan daging.
Biji mangga dapat dijadikan
pakan ternak atau unggas; di India bahkan dijadikan bahan pangan di masa
paceklik. Daun mudanya dilalap atau dijadikan sayuran. Kayu mangga cukup kuat,
keras dan mudah dikerjakan; namun kurang awet untuk penggunaan di luar. Kayu
ini juga dapat dijadikan arang yang baik.
Mangga terutama dihasilkan oleh
negara-negara India, Tiongkok, Meksiko, Thailand, Pakistan, Indonesia, Brasil, Filipina, dan Bangladesh. Total produksi dunia di tahun ‘80an sekitar 15
juta ton, namun hanya sekitar 90.000 ton (1985) yang diperdagangkan di tingkat
dunia. Artinya, sebagian besar mangga dikonsumsi secara lokal.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Famili Anacardiaceae ini terbagi menjadi
beberapa genus antara lain Mangifera,
Anacardium, Spondias dan Lannea.
Mangifera sendiri terbagi menjadi beberapa genus antara lain Mangifera
foetida, Mangifera casturi Kosterm,
mangifera spp, dan Mangefera kemanga.
Mangfifera Indica merupakan tanaman buah
tahunan berupa pohon. Lokasi yang sesuai untuk tanaman mangga ini pada curah
hujan yang tidak terlalu tinggi dan ketinggian tempat sekitar 1.200 m dari
permukaan laut. Daun Mangifera indica
berwarna hijau, berselang-seling, dan mempunyai bentuk lonjong, dengan
panjangnya sebanyak 15-35 cm dan lebarnya 6-16 cm. Bunganya berumah satu (monoecious),
bunga
mangga merupakan bunga majemuk yang berkarang. Mangifera indica memiliki kulit
buah agak tebal berbintik-bintik kelenjar; hijau, kekuningan atau kemerahan bila
masak. Daging buah jika masak berwarna merah jingga, kuning atau krem,
berserabut atau tidak, manis sampai masam dengan banyak air dan berbau kuat
sampai lemah. Bijinya berbentuk satu biji tunggal yang leper, dan berbentuk
empat segi panjang, dengan ukuran panjang 4-7 cm, lebar 3-4 cm, dan lebar 1 cm.
Mangifera indica berakar tunggang
yang bercabang-cabang, sangat panjang hingga bisa mencapai 6 m.
5.2
Saran
Kondisi alam Indonesia sangat memungkinkan dalam
pengembangan Mangifera Indica.
Diharapkan agar pembudidayaan Mangifera
indica lebih ditingkatkan sehingga dapat menghasilkan spesies-spesies baru
yang lebih variatif dan memiliki kualitas yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari,
S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia . Jakarta .
Gembong Soetoto Tjitsoepomo, R. 1977. Morfologi
tumbuh-tumbuhan. Universitas Gajah Mada Yogyakarta .
Van Steenis, C.G.G.J., D. Den Hoed, S. Bloembergen
dan P.J. Eyma. 2002. Flora. P.T. Pradnya Paramita. Jakarta .
Verheij, E.W.M.
dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia
Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat
dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar