Selasa, 20 September 2011

MANGIFERA INDICA

BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Kondisi alam di Indonesia menyebabkan beragamnya jenis tumbuhan yang dapat hidup di Indonesia. Hal ini lah yang menjadi pemicu berbagai ilmuan untuk melakukan klasifikasi terhadap berbagai jenis tanaman  Adanya klasifikasi memudahkan ilmuan dan masyarakat mengetahui dengan mudah jenis-jenis tumbuhan.

Pengetahuan potensi sumberdaya genetik dan pelestariannya sangat diperlukan untuk mengantisipasi kepunahan sebagian sumberdaya genetic yang ada. Banyaknya keanekaragaman hayati yang punah, disebabkan karena tidak ada upaya untuk mengkonservasi. Menurut Perhimpunan Perlindungan Alam dan Sumberdaya Alam Internasional, pada dewasa ini ada 7 katagori kelangkaan dari tumbuh-tumbuhan  yaitu :
a). Tak jelas atau kabur.
b). Terpulih, yakni yang telah dapat diselamatkan dari bahaya erosi genetik.
c). Diragukan yang belum jelas keadaannya.
d).Tersisih atau jarang, yakni sukar ditemukan karena daerah penyebarannya sempit            (spesifik).
e). Rawan, yakni yang terus berkurang populasinya
f). Genting, yakni tingkatan yang lebih kritis dari rawan
g). Punah, yakni sudah tidak ada lagi.

Penulisan kali ini menekankan klasifikasi berdasarkan famili, genus dan spesies. Famili Anacardiaceae dengan genus Mangifera dan spesies Mangifera Indica L menjadi pilihan dalam penulisan. Pemilihan ini didasarkan karena banyaknya jenis tanaman berupa mangga-manggaan yang hidup di daratan Indonesia.



1.2  Tujuan

Tujuan dalam penulisan ini yaitu untuk menyampaikan informasi kepada pembaca mengenai tanaman dengan famili Anacardiaceae dan lebih di tekankan pada spesies Mangifera Indica. Penulisan ini juga bermaksud untuk memudahkan pembaca dalam mendapatkan informasi mengenai morfologi tanaman Mangifera Indica.





















                                                   




BAB II
ANACARDIACEAE

Anacardiaceae merupakan jenis dari tanaman yeng memiliki batang berkayu. Famili Anacardiaceae ini terbagi menjadi beberapa genus antara lain Mangifera, Anacardium, Spondias dan Lannea.

2.1 Mangifera
Mangifera adalah nama salah satu marga pada suku mangga-manggaan atau Anacardiaceae. Anggotanya adalah kurang lebih 35-40 jenis mangga-manggaan yang menyebar di wilayah Asia tropis. Sebagian ahli menyebutkan bahwa marga ini beranggotakan sekitar 35-40 spesies, namun ada pula yang memperkirakan anggotanya mencapai hampir 70 spesies.  Mangifera tergolong kedalam divisio Spermatophyta, Sub Divisio Angiospermae, Klas Dicotyledoneae, Ordo Anacardiales, Famili Anacardiaceae, Genus mangefera.  Jumlah kromosom : 2n = 40.

Mangifera tergolong kedalam tanaman keras/tahunan (paranual), berupa pohon (arbor), tinggi dapat mencapai 30 m. Percabangan cukup banyak. Daun tunggal           (folium simplex), bertangkai, menyirip, bentuk memanjang, dengan ujung meruncing. Benang sari banyak, dalam 5 berkas berbentuk kipas, kepala sari beruang 1, membengkok. Tangkai putik tebal. Bunga berkelamin 76 campuran, berumah satu. Buah tergolong buah buni, berbentuk buat sampai bulat memanjang, daging buah berwana kuning muda sampai jingga, ada yang berserabut dan tidak. Biji batu berdinding tebal.


2.2    Anacardium
Anacardium berasal dari timur laut Brazil, dibudidayakan di negara-negara tropis. Anacardium menginginkan suhu tinggi dan tidak cocok terhadap salju, walaupun hanya sebentar. Tumbuh pada daerah hangat, lembab, dan ketinggian 0-1200 m, curah hujan tahunan 500- 3500 mm, dan suhu rata-rata 20-35°C. Tumbuh baik pada daerah berhujan banyak, dan juga distribusi hujan yang baik/merata. Hujan yang berlebihan pada saat berbunga dapat berpengaruh nyata terhadap penurunan produksi buah dan buah memerlukan musim panas untuk masak. Menghendaki tanah ringan dan subur, tetapi dapat tumbuh baik pada bentang tanah yang luas.

Anacardium cepat tumbuh, tahan kekeringan,, dan sengaja ditanam untuk diambil bijinya, sehingga cocok untuk agroforestry, rehabilitasi lahan, penghutanan lahan kritis dll.. Kayu digunakan untuk kayu bakar, arang dan walaupun bukan jenis penghasil kayu tapi cukup keras dengan kerapatan 500 kg/cm dan bisa untuk konstruksi ringan. Biji buah dapat dimakan, mengandung vitamin C sangat tinggi. Minyak bijinya (CNSL), bernilai komersial. Semua bagian batang dapat digunakan
untuk obat.

Anacardium selalu hijau, tinggi 6-12 m, lebih dari 15 m pada tanah subur, kebanyakan bercabang sejak pangkal pohon. Daun sederhana, bergantian, tebal dan kaku, panjang 6-24 cm, lebar 4-15 cm, hijau mengkilap. Bunga malai terbuka, panjang 14-25 cm, terminal, bunga berkelamin dua dan jantan. Kebanyakan bunganya jantan. Bunga harum, kecil, berkelamin dua, panjang 6-12 mm, bunga jantan 1-2 mm.

Anacardium memiliki buah tebal, biji lonjong, panjang 2-3 cm dengan sebuah benih coklat kemerahan dua kotiledon besar. Biji mengandung 5-25% protein dan 35-45% minyak. Terdapat 130-300 butir per kg. Ketika buah masak, tangkai bunga membesar membentuk daging buah, berupa buah yang dapat dimakan (jambu mente), berwarna merah kuning saat masak.

Biasanya berbunga di awal musim kering. Penyerbukan dengan lalat, tawon bahkan angin. Bisa terjadi penyerbukan sendiri. Perkembangan buah 2-3 bulan. Berbuah sejak umur 4 tahun, mulai berproduksi maksimum umur 10 sampai 30 tahun.

2.3    Spondias
Spondias  merupakan tanaman buah berupa pohon yang dalam bahasa inggris
disebut ambarella, otaheite apple, atau great hog plum. Sedang di Asia Tenggara
disebut : kedondong (Indonesia & Malaysia), hevi (Filipina), gway (Myanmar), mokah (Kamboja), kook kvaan (Laos), makak farang (Thailand), dan co’c (Vietnam).
Spondias merupakan tanaman buah yang berasal dari famili Anacardiaceae.
Jenis-jenis Spondias unggul yang potensial dan banyak ditanam oleh para petani
diantaranya adalah kedondong karimunjawa, kedondong bangkok, dan kedondong
Kedondong karimunjawa merupakan kedondong yang buahnya berukuran
raksasa/super. Produksi Spondias ini dapat terjadi sepanjang tahun. Bentuk
buahnya lonjong dengan berat 0,7-1 kg/buah.

Manfaat buah Spondias unggul dimakan dalam keadaan segar,
tetapi sebagian buah matang diolah menjadi selai, jeli, dan sari buah. Buah yang
direbus dan dikeringkan dapat disimpan untuk beberapa bulan. Buah mentahnya
banyak digunakan dalam rujak dan sayur, serta untuk dibuat acar (sambal
kedondong). Daun mudanya yang dikukus dijadikan lalapan. Buah dan daunnya juga
dijadikan pakan ternak. Kayunya berwarna coklat muda dan mudah mengambang,
tidak dapat digunakan kayu pertukangan, tetapi kadang-kadang dibuat perahu.
Dikenal di berbagai pelosok dunia berbagai manfaat obat dari buah, daun, dan kulit
batangnya, dan dari beberapa negara dilaporkan adanya pengobatan borok, kulit
perih, dan luka bakar. Tiap 100 gram bagian buah yang dapat dimakan mengandung
60-85 gram air, 0,5-0,8 gram protein, 0,3-1,8 gram lemak, 8-10,5 gram sukrosa, 0,85-
3,60 gram serat. Daging buahnya merupakan sumber vitamin C dan besi; buah yang
belum matang mengandung pektin sekitar 10%.

Tanaman Spondias banyak ditanam di negara-negara Asia Tenggara. Salah satu
negara yang menjadi sentra penanaman Spondias ialah Filipina yang memiliki satu
jenis kedondong unggul yaitu jenis Spondias purpurea L. Di Indonesia daerah
penghasil Spondias salah satu diantaranya adalah Karimunjawa (Jepara, Jawa
Tengah).

 Pohon Spondias cabang-cabangnya rapuh dan mudah patah sehingga keadaan
angin yang terlalu kencang dapat merusak pohon ini. Curah hujan yang diinginkan antara 1.000-1.500 mm/tahun. Pada saat musim kemarau daun kedondong rontok seluruhnya dan pada musim penghujan akan tumbuh kembali dengan cepat. Pohon kedondong memerlukan banyak cahaya; pohon yang ternaungi menghasilkan buah sedikit/tidak dapat berbuah sama sekali. Suhu yang hangat sekitar 30 derajat C sangat cocok untuk tanaman kedondong. Kelembaban udara sekitar 14%.

Tanaman Spondias mampu tumbuh sama baiknya pada tanah batu kapur dan
tanah pasir asam, asalkan tanah itu memiliki sistem pengaliran air yang baik.
Tanah yang disukai adalah tanah yang porous, gembur, dan mengandung bahan
organik. Derajat Keasaman tanah (pH) yang sesuai untuk tanaman kedondong ialah antara 5,5-6,2. Apabila tanah terlalu asam maka untuk menaikkan pH perlu dilakukan
pengapuran. Tanaman Spondias tidak suka pada genangan air. Akan tetapi pohon ini juga toleran terhadap kekeringan, dalam keadaan stres dedaunannya akan rontok
untuk sementara saja. Sistem pengairan yang baik akan menunjang pertumbuhan
kedondong sehingga produksinya melimpah. Permukaan air tanah yang dapat
dicapai oleh tanaman kedondong ialah antara 50-200 cm. Kelerengan tidak terlalu mempengaruhi tanaman kedondong, namun tanaman kedondong paling baik ditanam pada daerah yang datar dengan kelerengan antara 0-10 derajat.

2.4    Lannea
Lannea memiliki  pohon, tinggi 10-15 m. Batang berkayu, bulat, bercabang, bekas daun nampak jelas, masih muda hijau setelah tua putih kehijauan. Daun majemuk, menyirip, anak daun lirna sampai lima belas, berhadapan, bertangkai pendek, bentuk bulat memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi, pertulangan menyirip. panjang 6-10 cm, lebar 25-50 mm. Bunga majemuk, bentuk malai, kelopak panjang ± 1 mm, benang sari delapan sampai sepuluh, kuning, putik empat, pendek, kuning kehijauan. Buah buni, bulat memanjang, masih muda hijau setelah tua hijau kuning biji bulat, berserat, putih. Akar tunggang, putih kotor.

Khasiat kulit balang Lannea grandis berkhasiat sebagai obat mencret dan obat
sariawan. Untuk obat mencret dipakai ± 15 gram kulit batang segar Lannea grandis,
dicuci lalu dipotong kecil-kecil, direbus dengan 2 gelas air selama 15 menit setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum sehari dua kali sama banyak pagi dan sore. Batang dan daun Lannea grandis mengandung saponin, flavonoida dan tanin.

BAB III
MANGIFERA

Mangifera sering berupa pohon besar, yang dapat mencapai tinggi 50 m atau bahkan lebih, tanpa banir (akar papan), dengan batang besar dan percabangan yang tinggi, membentuk tajuk yang rapat dan rindang. Apabila dilukai, kulit batang akan mengeluarkan getah yang mula-mula bening, kemudian kemerahan dan menghitam dalam beberapa jam. Getah ini berbau terpentin dan tajam, dapat melukai kulit atau menimbulkan iritasi, terutama bagi orang yang sensitif.
Mangifera memiliki daun-daun tunggal, gundul, seperti kulit, tersusun dalam spiral atau spiral rapat, bertangkai panjang, dan kerap kali meningggalkan bekas luka yang jelas di ranting apabila gugur. Tanpa daun penumpu. Bunga berkarang dalam malai, dengan banyak bunga yang berukuran kecil, aktinomorf, berbilangan 5, bertangkai sangat pendek seolah-olah duduk pada cabang-cabang malai. Bunga kebanyakan jantan bercampur dengan bunga-bunga hermafrodit (berkelamin dua). Buah batu, besar atau kecil, sering dengan daging buah yang berair dan berserat yang dapat dimakan, berbau harum terpentin. Biji tunggal, terkadang dengan banyak embrio, terselubung cangkang endokarp yang mengeras dan seperti kulit. Mangifera terbagi menjadi beberapa spesies, antara lain :

1. Hampalam mangga( Mangifera indica L).
Bentuk buah bulat memanjang dengan kulit buah berwarna hijau. Daging buah agak berserabut, warna jingga, manis, tidak berserabut. Berat buah berkisar antara 200-400 gram. Hampalam palipisan (Mangifera spp) Buah berbentuk bulat memanjang,
dengan ukuran buah agak kecil, berat buah berkisar antara 100-125 gram. Daging
buah berwarna kuning kehijauan, manis, tidak berserabut.

2. Kuweni (Mangifera odorata).
Kelompok Mangefera jenis ini dicirikan dengan aromanya yang menusuk. Buah berbentuk bulat memanjang, berukuran agak besar, berat/buah dapat mencapai 400 gram. Daging buah berwarna kuning, manis dan agak berserat. Kulit buah berwarna hijau,buah yang masak dicirikan dengan daging buahnya yang lunak dan aromanya yang menusuk. Kuweni Anjir, adalah salah satu jenis kuini yang khas, dengan rasa yang manis, dapat beradap tasi di lahan rawa pasang surut, lebih tahan terhadap penggerek buah.

3. Hambawang (Mangifera foetida)
Kelompok dari Mangifera ini dicirikan dengan kulit buahnya yang tebal, dan mengandung getah. Kulit buah berwarna hijau kekuningan, berbintik hitam dan kadang ditemui getah hitam yang mengering dikulit. Daging buah 77 berwarna kuning, dengan rasa dari masam sampai manis, daging buah berserat. Jenis hambawang lainnya adalah hambawang putar,yag dicirikan dengan bentuk buahnya yang bulat, berukuran agak kecil daging buah dengan biji dapat dipisahkan dengan cara diiris sekeliling buah dan diputar.

4. Kasturi (Mangifera casturi Kosterm/ Mangifera casturi Delmiana).
Kelompok Mangifera ini dicirikan dengan aroma yang khas. Buah berukuran kecil dengan berat/buahnya mencapai 50- 75 gram, berbentuk bulat sampai bulat agak memanjang. Kulit buah muda berwarna hijau, kalau matang berangsur-angsur menjadi ungu. Daging buah berwarna jingga dengan rasa manis yang khas. Kasturi mempunyai wilayah penyebaran yang sempit (Kalimantan), dan tergolong dari 200 jenis tumbuhan langka di Indonesia yang harus dilestarikan. Kasturi diabadikan sebagai maskot flora Kalimantan Selatan.


5. Kasturi rawa-rawa/Asam rawa-rawa (mangifera spp)
Tanaman yang mirip dengan kasturi ini dibedakan oleh bentuk buah yang agak memanjang. Rasa dan aromanya yang khas, manis, tidak begitu menusuk dan tidak berserat. Kulit buah bagian pangkal berwarna hijau, bagian ujung berwarna ungu.


6. Kasturi palipisan (mangifera spp).
Mempunyai buah yang lebih besar dibanding Kelompok kasturi lainnya, berat/buah dapat mencapai lebih dari 100 gram. Warna daging buah jingga, agak berserat, padat, dengan rasa manis. Buah muda berwarna hijau, buah yang masak diciriakan dengan warna ungu pada ujung buah.

7. Kasturi cuban(mangifera spp).
Kerabat kasturi ini dicirikan dengan bentuk buahnya yang bundar, dengan ukuran lebih kecil dibanding kelompok kasturi lainnya. Berat buah antara 40 – 75 gram. Daging buah berwarna kuning,lunak, agak berserat. Rasa buahnya manis asam yang segar.

8. Binjai manis (Mangefera kemanga)
Kerabat ini mempunyai rasa manis dan aroma yang khas. Daun bulat telur memanjang, tebal dan liat berukuran agak besar, dengan tulang daun yang tidak tampak. Bunga kecil, dalam karangan bunga berbentuk malai, warna putih. Buah berbentuk lonjong, daging buah putih, lunak, warna kulit buah hijau. Buah yang masak dicirikan dengan daging buah yang lunak dan timbulnyaaroma khas. Biji besar, berwarna ungu. Binjai yang manis ini dikenal pula dengan nama daerah kalimantan binjai wanyi.

9. Binjai masam (Mangefera kemanga)
Binjai ini dicirikan dengan raba daging buahnya masam ini yang masam. Warna kulit buah yang matang bervariasi ada yang cokelat, cokelat kemerahan dan hijau.














BAB IV
MANGIFERA INDICA

Mangfifera Indica merupakan tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia. Lokasi yang sesuai untuk tanaman mangga ini pada curah hujan yang tidak terlalu tinggi dan ketinggian tempat sekitar 1.200 m dari permukaan laut. Mempunyai batang sedang dan tingginya mencapai 25 m. daun berbentuk lonjong dan tunggal. Buahnya berbentuk bulat panjang. Jenis mangga yang terkenal, yaitu mangga gedong, mangga gadung, mangga golek, mangga harum manis, mangga madu, mangga dodol, mangga gurih.

Pohon mangga berperawakan besar, dapat mencapai tinggi 40 m atau lebih, meski kebanyakan mangga peliharaan hanya sekitar 10 m atau kurang. Ciri-ciri fisiknya adalah seperti berikut:

4.1       Daun
Berwarna hijau, berselang-seling, dan mempunyai bentuk lonjong, dengan panjangnya sebanyak 15-35 cm dan lebarnya 6-16 cm. Ketika muda, warnanya jambu merah-jingga, tetapi berubah dengan cepatnya menjadi merah tua berkilat, dan kemudiannya hijau tua ketika matang. Daun tunggal, dengan letak tersebar, tanpa daun penumpu. Panjang tangkai daun bervariasi dari 1,25-12,5 cm, bagian pangkalnya membesar dan pada sisi sebelah atas ada alurnya. Aturan letak daun pada batang biasanya 3/8, tetapi makin mendekati ujung, letaknya makin berdekatan sehingga nampaknya seperti dalam lingkaran (roset). Helai daun bervariasi namun kebanyakan berbentuk jorong sampai lanset, 2-10 × 8-40 cm, agak liat seperti kulit, hijau tua berkilap, berpangkal melancip dengan tepi daun bergelombang dan ujung meluncip, dengan 12-30 tulang daun sekunder. Beberapa variasi bentuk daun mangga:
  1. Lonjong dan ujungnya seperti mata tombak.
  2. Berbentuk bulat telur, ujungnya runcing seperti mata tombak.
  3. Berbentuk segi empat, tetapi ujungnya runcing.
  4. Berbentuk segi empat, ujungnya membulat.
Daun yang masih muda biasanya bewarna kemerahan, keunguan atau kekuningan; yang di kemudian hari akan berubah pada bagian permukaan sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda. Umur daun bisa mencapai 1 tahun atau lebih.

4.2       Bunga
Berumah satu (monoecious), bunga mangga merupakan bunga majemuk yang berkarang dalam malai bercabang banyak di ujung ranting. Karangan bunga biasanya berbulu, tetapi sebagian ada juga yang gundul, kuning kehijauan, sampai 40 cm panjangnya. Bunga majemuk ini terdiri dari sumbu utama yang mempunyai banyak cabang utama. Setiap cabang utama ini mempunyai banyak cabang-cabang, yakni cabang kedua. Ada kemungkinan cabang bunga kedua ini mempunyai suatu kelompok yang terdiri dari 3 bunga atau mempunyai cabang tiga. Setiap kelompok tiga bunga terdiri dari tiga kuntum bunga dan setiap kuntum bertangkai pendek dengan daun kecil. Jumlah bunga pada setiap bunga majemuk bisa mencapai 1000-6000.

Bunga-bunga dalam karangan berkelamin campuran, ada yang jantan dan ada pula yang hermafrodit (berkelamin dua). Besarnya bunga lebih kurang 6-8 mm. Bunga jantan lebih banyak daripada bunga hermafrodit, dan jumlah bunga hermafrodit inilah yang menentukan terbentuknya buah. Persentase bunga hermafrodit bermacam-macam, tergantung dari varietasnya, yaitu antara 1,25%-77,9%; sementara yang mempunyai bakal buah normal kira-kira 5-10%.

Bunga mangga biasanya bertangkai pendek, jarang sekali yang bertangkai panjang, dan berbau harum. Kelopak bunga biasanya bertaju 5; demikian juga mahkota bunga terdiri dari 5 daun bunga, tetapi kadang-kadang ada yang 4 sampai 8. Warnanya kuning pucat, sedangkan pada bagian tengah terdapat garis timbul berjumlah 3 sampai 5 yang warnanya sedikit tua. Bagian tepi daun mahkota berwarna putih. Pada waktu akan layu, warna mahkota bunga tadi menjadi kemerahan.
Benang sari berjumlah 5 buah, tetapi yang subur hanya satu atau dua buah sedangkan yang lainnya steril. Benang sari yang subur biasanya hampir sama panjang dengan putik, yakni kira-kira 2 mm, sedangkan yang steril lebih pendek. Kepala putik berwarna kemerah-merahan dan akan berubah warna menjadi ungu pada waktu kepala sari membuka untuk memberi kesempatan kepada tepung sari yang telah dewasa untuk menyerbuki kepala putik. Bentuk tepung sari biasanya bulat panjang, lebih kurang 20-35 mikron.
Bakal buahnya tidak bertangkai dan terdapat dalam suatu ruangan, serta terletak pada suatu piringan. Tangkai putik mulai dari tepi bakal buah dan ujungnya terdapat kepala putik yang bentuknya sederhana. Dalam suatu bunga kadang-kadang terdapat tiga bakal buah.

4.3       Buah
Kulit buah agak tebal berbintik-bintik kelenjar; hijau, kekuningan atau kemerahan bila masak. Daging buah jika masak berwarna merah jingga, kuning atau krem, berserabut atau tidak, manis sampai masam dengan banyak air dan berbau kuat sampai lemah. Biji berwarna putih, gepeng memanjang tertutup endokarp yang tebal, mengayu dan berserat. Biji ini terdiri dari dua keping; ada yang monoembrional dan ada pula yang poliembrional.

Apabila masak, buah ini terjuntai-juntai dari dahan dengan tangkai yang panjang. Ukuran buahnya antara 10-25 cm panjangnya, dan 7-12 cm diameternya. Beratnya hingga 2.5 kg. Warna buah yang masak berbeda-beda antara warna kuning, jingga, atau merah pada bagian yang menghadap ke matahari, dan warna kuning pada bagian yang teduh. Warna hijau biasanya menunjukkan bahwa buah itu masih belum masak, tetapi ini bergantung kepada kultivarnya. Apabila masak, buah ini memberi bau damar yang sedikit wangi. Buah mangga termasuk kelompok buah batu (drupa) yang berdaging, dengan ukuran dan bentuk yang sangat berubah-ubah bergantung pada macamnya, mulai dari bulat (misalnya mangga gedong), bulat telur (gadung, indramayu, arumanis) hingga lonjong memanjang (mangga golek). Panjang buah kira-kira 2,5-30 cm. Pada bagian ujung buah, ada bagian yang runcing yang disebut paruh.

4.4       Biji
Satu biji tunggal yang leper, dan berbentuk empat segi panjang, dengan ukuran panjang 4-7 cm, lebar 3-4 cm, dan lebar 1 cm. Bergantung kepada kultivarnya, biji ini berserabut atau licin pada permukaannya. Tebal kulit biji 1-2 mm dan di bawah kulit ini, terdapat satu lapisan tipis seperti kertas yang melingkupi biji tersebut.

4.5       Akar
Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, sangat panjang hingga bisa mencapai 6 m. Akar cabang makin ke bawah semakin sedikit, paling banyak akar cabang pada kedalaman lebih kurang 30-60 cm.

Tanaman mangga merupakan tanaman tahunan yang mengalami dormansi kuncup. Faktor lingkungan yang mempengaruhi dormansi kuncup antara lain adalah intensitas, kualitas dan kuantitas penyinaran. Salah satu kendala penting dalam meningkatkan produksi buah mangga adalah besarny'a jumlah kerontokan buah yang terjadi pada setiap stadiaperkembangan buah sejak terjadinya antesis sampai menjelang buah dipanen. Pengelolaan mangga dengan memberikan nutrisi makro dan mikro. Salah satu penunjang terhadap pertumbuhan tanaman yang balk adalah pemberian nutrisi diantaranya pupuk makro dan mikro secara seimbang.

Proses kerontokan pada tanaman mangga dapat terjadi pada bagian tanaman yaitu daun, bunga, buah atau cabang dari batang pokok. Dilihat dari segi anatomi tanaman dikotil terlihat bahwa tanaman tersusun dari berbagai struktur, beberapa masalah yang dapat menimbulkan kerontokan bagian tanaman diantaranya, suhu rendah (dingin), panas, kekeringan, kimiawi, penuaan dan bermacam-macam jenis kerusakkan. Pengaturan waktu pembungaan tanaman mangga dapat dilakukan dengan pemberian zat pengatur tumbuh paklobutrazol. Kondisi lingkungan diantaranya musim hujan, pemberian nutrisi, dan pengaturan pengairan pada musim kemarau merupakan masalah yang berpengaruh terhadap ketahanan organ reproduksi.


Kerontokan bunga maupun buah menyebabkan rendahnya produksi buah mangga. Kejadian ini dimulai setelah buah terbentuk dan kerontokan terbanyak terjadi pada minggu pertama setelah itu kerontokan buah akan mereda pada minggu ke lima dari sejak terjadinya penyerbukan. Kerontolan buah selanjutnya juga terjadi pada buah yang hampir masak walaupun jumlahnya sedikit.

Mangifera indica ini atau lebih dikenal dengan nama mangga ini termasuk ke dalam tumbuhan C3 karena produk fiksasi karbon organic pertamanya ialah senyawa berkarbon tiga ( 3-fosfogliserat), dimana tumbuhan ini melewati reaksi gelap dan reaksi terang serta tumbuhan ini memproduksi sedikit makanan apabila stomatanya tertutup pada hari yang panas dan kering. Tingkat CO2 yang menurun dalam daun akan mengurangi bahan ke siklus Calvin, dimana rubisko ini dapat menerima O2 sebagai pengganti CO2. Karena konsentrasi O2 melebihi konsentrasi CO2 dalam ruang udara di dalam daun, maka rubisko menambahkan O2 pada siklus Calvin dan bukannya CO2. Akibatnya produknya terurai dan satu potong senyawa berkarbon dua dikirim keluar dari kloroplas. Lalu mitokondria dan peroksisom akan memecah molekul berkarbon dua itu menjadi CO2 sehingga proses ini sering juga disebut fotorespirasi karena proses ini terjadi dalam cahaya dan mengkonsumsi O2. Akan tetapi fotorespirasi ini tidak menghasilkan ATP. Tahap-tahap respirasi dari tumbuhan ini juga sama secara umum, yaitu melalui tahap glikolisis, grooming phase, siklus Krebs, fosforilasi oksidatif dan ETC.

Mangga terutama ditanam untuk buahnya. Buah yang matang umum dimakan dalam keadaan segar, sebagai buah meja atau campuran es, dalam bentuk irisan atau diblender. Buah yang muda kerapkali dirujak, atau dijajakan di tepi jalan setelah dikupas, dibelah-belah dan dilengkapi bumbu garam dengan cabai. Buah mangga juga diolah sebagai manisan, irisan buah kering, dikalengkan dan lain-lain. Di pelbagai daerah di Indonesia, mangga (tua atau muda) yang masam kerap dijadikan campuran sambal atau masakan ikan dan daging.

Biji mangga dapat dijadikan pakan ternak atau unggas; di India bahkan dijadikan bahan pangan di masa paceklik. Daun mudanya dilalap atau dijadikan sayuran. Kayu mangga cukup kuat, keras dan mudah dikerjakan; namun kurang awet untuk penggunaan di luar. Kayu ini juga dapat dijadikan arang yang baik.
Mangga terutama dihasilkan oleh negara-negara India, Tiongkok, Meksiko, Thailand, Pakistan, Indonesia, Brasil, Filipina, dan Bangladesh. Total produksi dunia di tahun ‘80an sekitar 15 juta ton, namun hanya sekitar 90.000 ton (1985) yang diperdagangkan di tingkat dunia. Artinya, sebagian besar mangga dikonsumsi secara lokal.


















BAB V
PENUTUP
5.1              Kesimpulan
Famili Anacardiaceae ini terbagi menjadi beberapa genus antara lain Mangifera, Anacardium, Spondias dan Lannea. Mangifera sendiri terbagi menjadi beberapa genus antara lain Mangifera foetida, Mangifera casturi Kosterm, mangifera spp, dan Mangefera kemanga.

Mangfifera Indica merupakan tanaman buah tahunan berupa pohon. Lokasi yang sesuai untuk tanaman mangga ini pada curah hujan yang tidak terlalu tinggi dan ketinggian tempat sekitar 1.200 m dari permukaan laut. Daun Mangifera indica berwarna hijau, berselang-seling, dan mempunyai bentuk lonjong, dengan panjangnya sebanyak 15-35 cm dan lebarnya 6-16 cm. Bunganya berumah satu (monoecious), bunga mangga merupakan bunga majemuk yang berkarang. Mangifera indica memiliki kulit buah agak tebal berbintik-bintik kelenjar; hijau, kekuningan atau kemerahan bila masak. Daging buah jika masak berwarna merah jingga, kuning atau krem, berserabut atau tidak, manis sampai masam dengan banyak air dan berbau kuat sampai lemah. Bijinya berbentuk satu biji tunggal yang leper, dan berbentuk empat segi panjang, dengan ukuran panjang 4-7 cm, lebar 3-4 cm, dan lebar 1 cm. Mangifera indica berakar tunggang yang bercabang-cabang, sangat panjang hingga bisa mencapai 6 m.

5.2              Saran
Kondisi alam Indonesia sangat memungkinkan dalam pengembangan Mangifera Indica. Diharapkan agar pembudidayaan Mangifera indica lebih ditingkatkan sehingga dapat menghasilkan spesies-spesies baru yang lebih variatif dan memiliki kualitas yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta.

Gembong Soetoto Tjitsoepomo, R. 1977. Morfologi tumbuh-tumbuhan. Universitas Gajah Mada Yogyakarta.


Van Steenis, C.G.G.J., D. Den Hoed, S. Bloembergen dan P.J. Eyma. 2002. Flora. P.T. Pradnya Paramita. Jakarta.
Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara    2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar