Senin, 07 Mei 2012

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respirasi pada Tumbuhan


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul :
 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respirasi pada Tumbuhan ”.
Maksud utama peyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur yang telah diberikan oleh pihak dosen mata kuliah Fisiologi Tumbuhan Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Pontianak.
Dalam penyelesaian tugas ini penulis banyak mendapatkan berbagai masukan berupa bimbingan dan saran-saran yang sangat berguna. Penulis berupaya semaksimal mungkin untuk berkarya dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka meningkatkan kualitas bangsa Indonesia.
Kritik dan saran akan sangat membantu penulis dalam melaksanakan tugas selanjutnya.



Pontianak, Maret 2012

                                                                                                                                                 Penulis







BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Aspek fisiologi tumbuhan berbeda dengan fisiologi hewan atau fisiologi sel. Tumbuhan dan hewan pada dasarnya telah berkembang melalui pola atau kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang melalui pola atau kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang sepanjang hidupnya. Kebanyakan tumbuhan tidak berpindah, memproduksi makanannya sendiri, menggantungkan diri pada apa yang diperolehnya dari lingkungannya sampai batas-batas yang tersedia. Hewan sebagian besar harus bergerak, harus mencari makan, ukuran tubuhnya terbatas pada ukuran tertentu dan harus menjaga integritas mekaniknya untuk hidup dan pertumbuhan.
           
Respirasi merupakan proses oksidasi bahan organik yang terjadi di dalam sel, berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Respirasi berasal dari kata latin yaitu respirare yang berarti bernafas. Proses berlangsungnya respirasi pada tanaman dipengaruhi berbagai faktor yang dapat mempercepat maupun memperlambat proses respirasi pada tanaman.

1.2  Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi pada tumbuhan







BAB II
PEMBAHASAN
Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-hari, respirasi dapat disamakan dengan pernapasan. Namun demikian, istilah respirasi mencakup proses-proses yang juga tidak tercakup pada istilah pernapasan. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu hingga satuan terkecil, sel. Apabila pernapasan biasanya diasosiasikan dengan penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah, respirasi tidak harus melibatkan oksigen.
            Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami SET sebagai unit penyimpan energi kimia pada organisme hidup. SET, seperti molekul gula atau asam-asam lemak, dapat dipecah dengan bantuan enzim dan beberapa molekul sederhana. Karena proses ini adalah reaksi eksoterm (melepaskan energi), energi yang dilepas ditangkap oleh ADP atau NADP membentuk ATP atau NADPH. Pada gilirannya, berbagai reaksi biokimia endotermik (memerlukan energi) dipasok kebutuhan energinya dari kedua kelompok senyawa terakhir ini.
Dalam beberapa aspek, fisiologi tumbuhan berbeda dengan fisiologi hewan atau fisiologi sel. Tumbuhan dan hewan pada dasarnya telah berkembang melalui pola atau kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang melalui pola atau kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang sepanjang hidupnya. Kebanyakan tumbuhan tidak berpindah, memproduksi makanannya sendiri, menggantungkan diri pada apa yang diperolehnya dari lingkungannya sampai batas-batas yang tersedia. Hewan sebagian besar harus bergerak, harus mencari makan, ukuran tubuhnya terbatas pada ukuran tertentu dan harus menjaga integritas mekaniknya untuk hidup dan pertumbuhan.
Respirasi banyak memberikan manfaat bagi tumbuhan. Manfaat tersebut terlihat dalam proses respirasi dimana terjadi proses pemecahan senyawa organik, dari proses pemecahan tersebut maka dihasilkanlah senyawa-senyawa antara yang penting. Senyawa-senyawa tersebut meliputi asam amino untuk protein, nukleotida untuk asam nukleat, dan zat karbon untuk pigmen profirin (seperti klorofil dan sitokrom), lemak, sterol, karotenoid, pigmen flavonoid seperti antosianin, dan senyawa aromatik tertentu lainnya, seperti lignin.
            Telah diketahui bahwa hasil akhir dari respirasi adalah CO2 dan H2O, hal ini terjadi bila substrat secara sempurna dioksidasi, namun bila berbagai senyawa di atas terbentuk, substrat awal respirasi tidak keseluruhannya diubah menjadi CO2 dan H2O. Hanya beberapa substrat respirasi yang dioksidasi seluruhnya menjadi CO2 dan H2O, sedangkan sisanya digunakan dalam proses anabolik, terutama di dalam sel yang sedang tumbuh. Sedangkan energi yang ditangkap dari proses oksidasi sempurna beberapa senyawa dalam proses respirasi dapat digunakan untuk mensintesis molekul lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
Transpirasi pada tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika berlebihan akan sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati. Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis.
Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk mengukur laju transpirasi tersebut dapat digunakan potometer. Laju transpirasi dipengaruhi oleh ketersediaan substrat, ketersediaan oksigen, suhu, tipe, dan umur tumbuhan. Faktor-faktor ini mempengaruhi perilaku stoma yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya.
           
2.1 Ketersediaan Substrat
Substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air. Laju respirasi tertentu tergantung pada ketersediaan substrat, yakni senyawa yang akan diurai melalui rangkaian reaksi. Tumbuhan yang memiliki cadangan pati, fruktan, dan gula yang rendah akan menunjukkan laju respirasi yang rendah pula. Jika starvasi(defisiensi bahan cadangan makanan) pada tumbuhan terjadi sangat parah, maka protein juga dapat dioksidasi. Protein tersebut dihidrolisis menjadi asam-asam amino penyusunnya, yang kemudian diuraikan melalui reaksi-reaksi glikolitik dan siklus kreb. Asam glutamat dan aspartat akan dikonversi menjadi asam alfaketoglutarat dan asam oksaloasetat. Demikian pula halnya dengan alanin yang dioksidasi untuk membentuk asam piruvat. Pada saat daun mulai menguning, maka sebagian besar protein dan senyawa mengandung nitrogen pada kloroplas akan terurai. Ion-ion ammonium yang dibebaskan dari penguraian tersebut akan digunakan dalam sintesis glutamin dan asparagin. Hal ini akan menghindari tumbuhan dari kera cunan ammonium.
Substrat respirasi terdiri dari karbohidrat yang merupakan substrat respirasi utama yang terdapat dalam sel tumbuhan tinggi, beberapa jenis gula seperti Glukosa, fruktosa dan sukrosa, pati, lipid, asam-asam organik, dan protein (digunakan dalam keadaan dan spesies tertentu).
2.2 Ketersediaan Oksigen
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara. Pada kondisi kurang oksigen, seperti saat tanah terlalu basah atau tergenang air, maka jaringan akar atau biji-biji yang terbenam di dalamnya akan mengalami kekurangan oksigen. Dalam keadaan seperti ini maka pada jaringan akan terjadi respirasi anaerobik. Respirasi an-aerobik pada tubuh kita akan menghasilkan timbunan asam laktat yang menjadi tanda kelelahan otot. Pada tumbuhan, respirasi an-aerobik akan lebih cenderung menghsilkan ethanol daripada asam laktat.

Namun demikian, bahan sisa metabolisme tersebut dapat diubah kembali menjadi glukosa atau dapat dimanfaatkan kembali. Mitokondria dapat berfungsi normal pada konsentrasi oksigen serendah 0,05% sedangkan yang tersedia di udara adalah sekitar 21%. Hal ini terutama disebabkan karena afinitas yang tinggi dari sitokhrom oksidase terhadap oksigen. Hambatan laju respirasi karena ketersedian oksigen terjadi pada sistem perakaran tumbuhan jika media tumbuhnya digenangi(seluruh pori tanah berisi air). Hal ini terjadi karena laju difusi okigen di dalam air jauh lebih lambat dibandingkan di udara.

2.3. Suhu
 Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies. Nilai Q10 untuk respirasi antara suhu 5oC smpai 25oC adalah antara 2 -2,5. Berarti untuk kisaran suhu tersebut , laju respirasi akan meningkat lebih dari dua kali lipat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC. Jika suhu ditingkatkan sampai sekitar 35oC, laju respirasi tetap meningkat tetapi dengan nilai Q10 yang lebih rendah. Penurunan nilai Q10 ini diduga disebabkan karena penetrasi oksigen melalui kutikula ataqu peridermis tidak mencukupi kebutuhan. Pada suhu yang lebih tinggi lahi (40oC) laju respirasi akan mulai menurun, hal ini disebabkan karena sebagian enzim-enzim yang berperan akan mulai mengalami denaturasi.
2.4  Tipe dan umur tumbuhan
            Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan. Jaringan meristematik juga menunjukkan laju yang lebih tinggi dibanding jaringan tua. Secara umum terdapat korelasi antara laju pertumbuhan dengan laju respirasi, karena dalam pertumbuhan akan digunakan ATP, NADH, dan NADPH untuk sintesis protein, bahan penyusun dinding sel, komponen membran, dan asam-asam nukleat. Penggunaan ATP, NADH+, dan NADPH ini akan meningkatkan ketersediaan ADP, NAD+, dan NADP+ untuk respirasi. Umur tumbuhan akan mempengaruhi laju respirainya. Laju respirasi tinggi pada saat perkecambahan dan tetap tinggi pada fase pertumbuhan vegetative awal dan kemudian turun dengan betambahnya umur tumbuhan.

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa respirasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
-          Ketersediaan substrat
-          Keterseiaan oksigen
-          Suhu
-          Tipe dan umur tumbuhan

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Kimball, J.W. 2002. Fisiologi Tumbuhan. Erlangga. Jakarta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar